Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Hari Kesehatan Jiwa 2020: Kesehatan Mental bagi Semua

Diperbarui: 10 Oktober 2020   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari peduli, tabur empati | via pixabay.com


"Heal the world, make it a better place, for you and for me, and the entire human race..." (Heal The World, Michael Jackson

Lagu sejuta umat sejagat ini mengalun lewat alat digital, temani saya merayakan hari di mana seluruh ketenangan ai. So, Teman... Bagaimana kabarmu? Pasti banyak cerita yang terkumpul, yha? 

Sama nih. Kuy kita share...

Pandemi Covid-19 menjadi permasalahan dunia ternyata belum jua mereda. Meski banyak klaim ditemukannya vaksin A, B, C, D.....namun para realitanya, semua masih saja merajalela. Mungkin hanya Trump yang tidak sepakat tentang hal ini, owalaa Trump, Trump ....

World Health Organization (WHO) lewat www.who.intr menggarisbawahi pentingnya penanggulangan penyakit baik fisik maupun mental, sebagai syarat individu mengantongi label sehat Ini merupakan permasalahan urgent untuk mendapat perhatian tingkat langit ke tujuh.

Hadirnya buku Story Book Children (You Are My Hero) merupakan salah satu keseriusan WHO dalam rangka penyebaran informasi peraturan hidup sehat bagi anak-anak. 

Tokoh Sara, Ario, Leila, Salem, Kim, dan juga Mama Sara menempatkan pendidikan Pandemi Covid-19 di kalangan anak-anak sebagai sebuah prioritas. Diharapkan dengan cerita yang dikemas lumayan imajinatif, anak-anak lebih mudah menyerap pemahaman terhadap penyebaran virus Corona.

Menarik untuk kembali dikulik. Perjuangan WHO melawan penyebaran novel coronavirus terus digulirkan. Baik melalui tindakan preventif maupun promotif.

Berikut merupakan dampak dari meluasnya penyebaran virus Corona di seantero jagat. Banyak pekerja mengalami PHK, kehilangan aktivitas dan penghasilan, resesi, menurunnya laju perekonomian di banyak negara. 

Isolasi diri menjadi opsi untuk bertahan dalam kondisi yang kian tak pasti. Belum lagi aspek kehidupan lain, seperti halnya pendidikan yang kini berganti sistem menjadi daring, kurangnya sentuhan kognitif antara guru dan siswa, keterbatasan aktivitas dalam berkomunitas, semua serasa menuntut manusia menjadi serba terbatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline