Selamat datang di laman saya kembali, temanku...
Lama rasanya saya tak mengunggah tulisan yah? Ya, terkadang jeda itu diperlukan agar kita mampu meresponi stimulan yang datang dengan bijaksana.
Layaknya saat kita menghirup napas kemudian menghembuskannya. Sebenarnya jika kita mencoba memahami dalam sebuah alur siklus nafas, selalu ada jeda di antara inhale dan exhale.
Okay, tetapi maaf, hari ini kita tidak sedang belajar tentang mindfulness. Hari ini kita bicarakan tentang loss and grive, yha... Tentang sebuah rasa kehilangan.
Jika kita amati dalam masa pandemik ini ada begitu banyak hal yang terjadi. Begitu banyak keluhan yang mengiringi merebaknya wabah corona di jagat negeri pertiwi. Termasuk wabah kehilangan. Bolehkah saya menyebutnya wabah?
Salah satu contohnya, ya...beberapa hari terakhir kita bangsa Indonesia kehilangan satu musikus handal kebanggaan Indonesia, Glenn Fredly (big fans of you, mamen).
Kemudian, mungkin ada di antara kita pun harus merasakan duka yang mendalam karena berpisah dengan orang yang kita kasihi, anggota keluarga kita, atau mungkin kehilangan pekerjaan kita, kehilangan relasi kita, atau kehilangan momen-momen saat dulu kita pernah berelasi, atau kehilangan sahabat, pacar, tunangan, atau yang lain ...
Memahami bahwa sebenarnya akar dari kehilangan adalah sebuah rasa memiliki, maka berdasar atas asumsi tersebut, mari kita menelisik kembali sebenarnya ada apa dibalik rasa kehilangan ini. Ada kaitannya dengan ego, mbak? Iya, tentu saja.
Beberapa hari belakangan ini ada begitu banyak kawan dan kerabat kita di luar sana yang harus kehilangan pekerjaannya. Begitu pula bagi para pedagang kecil, di berbagai sektor yang terdampak kelesuan ekonomi. Pun ini bukan hal yang mudah untuk kita lalui bersama.
Baik, agar lebih jelas akan saya berikan sebuah contoh. Suatu ketika kita pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Lalu tetiba kita sadar ponsel kita hilang, entah tertinggal di mana. Nah, rasa kehilangan ini timbul disebabkan adanya rasa memiliki pada benda yang berupa ponsel tersebut.
Di mana hartamu berada di situ pula hatimu berada. Salah satu pernyataan indah ini muncul dalam benak saya saat menemukan kenyataan bahwa harta dalam hal ini bukan hanya dalam bentukan materi. Harta dapat berupa relasi, pekerjaan, hobi, seseorang yang di hati, dan masih banyak hal yang lain.