Hai, hai, hai...
Selamat datang kembali di laman saya, tukang nukil yang suka usil,...hehehe.
Hari libur ditambah nih, guys.... Emh, sudah pernah mampir ke Solo? Sempetin deeh...yakin, ga ada pesan khusus nih, cuma ingin sedikit promo aja. Promoin kuliner nusantara, maksud saya, kawan.
Solo selain terkenal dengan pelbagai suguhan budaya bernuansa internasional, kota kampung halaman Presiden Jokowi ini pun menyimpan berjuta menu kuliner yang akan memanjakan lidah anda. Membuat Anda ketagihan? Absolutely....
Kay kali ini saya hanya ingin mengulik dua menu istimewa yang otentik dari kota yang berlesung pipi manis ini.... xixixi...
Bersama seorang Kompasianer yang juga rekan wara-wiri saya hunting kuliner, saya mencoba memperkenalkan padanya suguhan kuliner dari hasil olah berpadunya dua budaya yang berbeda, bukti toleransi kita telah tumbuh sejak masa nenek moyang kita.
Firstly, saya perkenalkan Anda pada kuliner peranakan Jawa-Belanda, Selat Solo.
Ya, ini nama masakan, guys...bukan selat dalam arti laut di antara pulau-pulau, gengz..
Dikelompokkan dalam kuliner peranakan, karena Selat Solo ini mulai muncul pada masa penjajahan Hindia Belanda. Para bule Belanda yang pada dasarnya meminta sedekah dari harta kekayaan alam negri nusantara ini, akhirnya menguasai beberapa wilayah negri zamud khatulistiwa kita.
Membawa budaya cita rasa makanan ala negri mereka, seperti roti, keju, maupun daging sapi yang dimasak rare, atau well done sesuai permintaan Sang Jenderal Belanda yang pada saat itu sering menyambangi Beteng Vastenburg untuk mengawasi jalannya pemerintahan Kraton Kasunanan yang ada di bawah kekuasaan Belanda.
Heleh....kok malah cerita sejaraaah.... Duh...monmap, ini kolom kuliner, hhhhfhh,.....