Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

A Living Relationship

Diperbarui: 24 Desember 2019   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : pixabay

Amsal 13:20 (TB)  Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.

Memperhatikan kehidupan dan segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini sangatlah menakjubkan. Salah satunya, adalah menyadari bahwa kita adalah makhluk yang tak mampu hidup sendiri. Karena Tuhan tak pernah menciptakan manusia hanya seorang diri saja.

Sadari bahwa masing-masing kita diberi waktu yang sama dalam satu hari untuk beraktivitas dan menghidupi hidup kita. Satu hari kita mendapat kesempatan selama 24 jam. Adakah diantara kita mendapatkkan yang lebih dari itu? Atau adakah yang kurang? Semua kita mendapat tentang waktu yang sama dalam hidup ini.

Akan tetapi, pernahkah kita bertanya, mengapa diantara kita ada yang sehat dan ada yang sakit. Ada yang pekerjaannya lancar tetapi ada yang tidak. Ada yang promosinya cepat namun ada yang masih menganggur saja. Ada yang sudah punya rumah lima, ada yang masih tidur di emperan toko. Mengapa? Bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi?

Mengamati situasi ini, saya menjadi tertarik untuk berbagi tulisan saya. Sebagai makhluk sosial tentunya kita dituntut untuk hidup berelasi dengan sesama kita. Saling sapa, saling mengisi kehidupan, saling membantu, saling melengkapi, saling mengisi dan bahkan masih banyak lagi kata "saling" menghiasi relasi yang kita bangun.

Pergaulan kita akan menentukan siapa diri kita.

Saya kembali teringat ada satu tagline dalam sebuah komunitas yang menyatakan, "show me your friend and I'll show you the future" . Tagline tersebut kembali menggugah rasa ketertarikan saya untuk meneliti dan menguliti sejauh mana setiap kita membutuhkan relasi dalam hidup bersosial.

Kita hidup dengan orang yang bersemangat, maka kita akan tertular untuk hidup bersemangat, atau kita sering berkumpul dengan orang-orang yang berpikir negatif, maka secara tidak sadar kita pun akan ikut untuk terbiasa hidup dengan pemikiran negatif kita.

Atau kita lebih memilih untuk menghabiskan waktu kita bergaul dengan orang-orang bijak, maka, kita pun akan ikut belajar menjadi bijaksana.

Pendek kata, dengan siapa kita membangun sebuah relasi, kemungkinan besar akan menentukan siapa jati diri kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline