Suara dentuman bom itu terdengar lagi. Membangunkan aku dari lamunan. Thea segera melihat keluar dari balik jendela ruang tamu.
"Bagus. Kita terjebak. Pasukan Lumira mulai menguasai kota ini, Tuan Puteri," kata Thea.
Ia menarik tanganku dan membuka pintu basement. Ya, gudang bawah tanah. Lalu ia mengunci pintu kecil basement. Kami duduk terdiam. Aku mendengar suara di ruang atas. Ada beberapa suara sepatu layaknya sepatu prajurit.
"Masuk!!Periksa semua tempat, dan temukan liontin itu. Cepat !!" perintah sang kepala pasukan.
Suara hentakan sepatu prajurit menghiasi ruang atas, jelas menaiki tangga. Ada beberapa barang yang pecah. Ugh, menyebalkan. Rasanya aku ingin berlari, dan...dan apa yang kubisa? Mereka prajurit.
Kupandangi belati kecil Thea. "Jangan berpikir macam-macam,"ancamnya.
"Kau kan prajurit? Buat apa kau di sini, Thea?"
"Apa maksudmu? Mereka ribuan dan aku sendiri? Saat..." tiba-tiba Thea menarik tanganku lalu ia mengajakku bersembunyi dan meringkuk di sebuah lemari tua yang berdebu. Tangan kirinya membungkam mulutku. "Jangan bernafas. Aku serius."mataku melotot padanya.
Beberapa prajurit memasuki ruang basement. Aku benar-benar menahan nafasku di dalam lemari tua itu. Thea mengeluarkan benda kecil dari sakunya.
Benda kecil itu mengeluarkan hologram, menyelubungi kami berdua. Tiba-tiba lemari tua tempat kami bersembunyi terbuka.