Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Asrama Putri [Part 2]

Diperbarui: 15 September 2019   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: wallpaperaccess.com

Asrama itu bernama Asrama Putri. Dikenal seperti itu karena semua penghuninya adalah lima orang anak gadis yang lebih dikenal orang sebagai anak-anak mantan perwira TNI AL Sudarman Wiryopranoto. 

Asrama yang ditinggali oleh Devi, seorang wanita cantik, cerdas, mandiri, meski terkesan acuh. Juga Nala, gadis bertubuh gempal yang dengan senyum dan sapa ramahnya mengundang siapa pun untuk selalu berdekatan dengannya. Ada pula Lyn, seorang gadis keturunan Tionghoa yang sangat cekatan dalam mengerjakan segala sesuatunya. Mulai dari cara makan sampai mengerjakan seluruh pekerjaan pasar Bu Jannah ia yang paling senang melakukannya.

Pula seorang Sundari. Gadis dari sebuah desa kecil tak punya orang tua. Hanya nenek yang semakin menua di desa. Ia pergi ke kota karena ada sebuah sanggar menari yang mau mempekerjakannya sebagai pengajar tari. 

Selain itu, masih ada seorang Runi. Gadis pendiam yang bekerja di sebuah toko buku. Sehari-hari ia hanya berkutat dengan deretan buku dan sebuah headset yang selalu menempel di telinga layaknya kaca mata yang menempel terus di matanya.

Kejadian Selasa malam lalu membuat asrama menjadi berubah sepi. Seperti tak pernah ada kegiatan lain. Bu Jannah, istri Pak Maman tak lagi secerah dulu. Sudah dua hari ia lebih memilih tinggal di asrama dari pada di rumahnya sendiri. 

Bu Jannah pun tak membuka kios pasarnya selama tiga hari ini. Mukanya muram. Setiap hari matanya terlihat sembab. Mbok Tum tak berani bertanya apa pun. Biasanya ia akan bertanya, "Masak apa hari ini, Bu?" Tapi ternyata Mbok Tum yang biasa dipanggil Budhe oleh para gadis asrama pun tak berani bertanya.

Seperti halnya Budhe yang tak pernah berani bertanya, Lyn pun tak berani membuka sapa. Namun ia tak tahan lagi.

Lyn ingin pergi kembali ke pasar. Ia ingin membuka kios pakaian batik milik Bu Jannah. Lyn telah terbiasa dengan suasana pasar yang ramai. 

Gerobak mini yang ditarik Pakdhe Janto pemilik warung bakso langganannya, suara buruh tukang usung barang yang kadang membuat bising,  Om Shiang tetangga kios Bu Jannah yang berjualan emas, sapaan Han Han, pemuda sederhana yang ikut berjualan kain korden milik keluarganya, dan selebihnya para pembeli di pasar yang seringkali menganggap Lyn sebagai Cici pemilik kios Bu Jannah. 

Sungguh, kerinduan Lyn pada suasana pasar sangatlah memuncak. Lyn juga tak mengerti mengapa Bapak harus krama lagi. Menurutnya, Bu Jannah adalah sosok ibu yang paling tulus di seluruh dunianya. Baginya, Bu Jannah adalah sosok manusia anugerah Tuhan dalam hidupnya. Lyn adalah putri Bu Jannah yang tak lahir dari rahimnya, tetapi Lyn lahir dari ketulusan hati Bu Jannah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline