Seorang anak kecil tiba-tiba datang ke meja tulisnya yang tepat berada di depan meja saya. Dengan wajah yang cemberut, dia menghempaskan tubuhnya. Setelah dari jauh saya amati, ternyata tugasnya hari itu telah terkoreksi dan banyak terdapat kesalahan.
Enggan baginya untuk membetulkan jawaban yang salah. Ia tahu bahwa ia harus menghapus bagian yang salah dan membetulkannya.
"Iya, Miss, itu melelahkan," sahutnya pelan dibalik pipinya yang terlihat tembem. Tentu saja itu mengundang senyum saya untuknya.
Ya, itu salah satu dari sekian banyak hal yang saya jumpai bersama anak-anak saat Class Day. Bermacam-macam reaksi mereka, yang jelas semua menunjukkan keengganan mereka jika bertemu dengan tugas yang harus dibetulkan.
Hmmm, teringat saat saya harus merevisi skripsi saya dulu. Apalagi jika banyak yang perlu direvisi. Hfffh...... Mungkin seperti itulah perasaan sebal mereka.
Dalam kelas saya, saya anjurkan anak-anak menggunakan pensil dan penghapus sebagai alat tulis. Bukan bolpoin dengan tip-ex.
Mengapa? Apa urgensi atau mungkin manfaat yang bisa diambil dari kita menggunakan pensil sebagai alat tulis.
Seorang anak belajar filosofi Pensil
Filosofi Pensil? Iya...bukan filosofi kopi, lho... Filosofi pensil. Seorang anak akan menggunakan pensil sebagai alat kontrol atau pengatur emosional mereka.
Pernahkah kita mengamati anak-anak kita menulis dengan huruf atau angka yang semakin lama semakin tak jelas dan cenderung makin membesar? Hati-hati, Bunda, Ayah...itu tandanya si kecil sedang kelelahan, bosan, atau sedang jengkel dan marah.