Kulihat sekumpulan awan hitam berunding di angkasa. Melawat jagat raya di pelukan semesta. Merundingkan hujan yang entah akan dijatuhkan ke dalam tanah milik siapa.
Awan hitam smakin legam bergulung di desak angin yang gerah memecah ombak samudra bersama riuh gelegar sang petir yang menyambar
"Ke mana air akan kita lahirkan?" ungkap awan hitam yang mengandung hujan dan genap waktunya untuk bersalin
"Bertanyalah pada pelangi, masih sanggupkah ia memberi harap agar air yang lahir nanti kan mampu tertampung dalam reservoir?"
"Tanyakanlah pada setiap pohon di bentang alas agar tak hanya pongah mereka bergoyang dengan gagah, bisakah mereka merawat air?"
Awan hitam merintih kesakitan, hari melahirkan telah tiba baginya.
"Cepat tentukan ke mana air yang kukandung kan lahir?" jeritnya kesakitan
Dewan sidang angkasa tak bergema. Palu tak segera terketuk tandakan putusan. Erangan sang awan hitam makin membahana, dalam guntur yang makin mengubah samudra menjadi medan laga
Sesaat menjelma ditengah riuh rapat dewan semesta, kembali tangan lembut Sang Khalik menyentuh luruh sang awan hitam
Penguasa Jagat telah bertitah, tanpa satupun berani membantah,