Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Wiracarita Asmara

Diperbarui: 3 Agustus 2019   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/mybektiblog (diolah kembali oleh penulis)

Berdiri di ambang batas waktu, mencoba meniup seuntai huruf hidup diantara derap harap, karyakan sekelumit wajah yang tertumpah di atas kertas 

Lepas mendulang cinta pada asmara nan menggoda dawat atas pena sastra dalam bentukan rumpun aksara

Bangkit aku dari mati pada kepasrahan diri, bilamana mendapatkan luhur pelukmu dulu yang membiusku dalam rimba agung pesona santunmu

Diatas batas tepi luka yang tertoreh dalam segara imaji yang mampir, meski hanya sekejap namun tak pernah mampu kau tangkap

Langkahmu berderap membuka tirai nirwana, telah langkahi batas lini pengabdian anak-anak panah pada busurku yang siap beradu dengan baju zirahmu

Mendapatimu kini berdiri berhadapan di bawah panji lawan, aku tak pula heran

Selangkah lagi kau maju, setebal apa pun perisaimu, anak panah ini siap mencari celah menuju jantungmu

Kumohon jangan lagi kau melaju, karena ku tahu dalam beku dan diammu, kau tak mampu tuangkan kembali arak cinta dalam cawan emas asmara kita yang dulu kau puja

Restu nirwana telah memutuskan kau dan aku berada di lini yang berbeda, bukan untuk saling menyapa dalam asmara yang kita duga sama

Baiklah damai menerawang jiwa, kumohon jangan ada murka, biarkan aku menutup masa ini dengan asa, kau tak lagi ingat pernah punya asmara dalam cawan berjudul cinta

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline