Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Puisi | Dialektika Semesta

Diperbarui: 21 Juni 2019   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pinterest com/sark sara

Puisi ini hanyalah recehan. Sekeping asmara dalam rumpun aksara

Bulan pernah berkata pada Sang Surya, 'pernahkah kau berdusta pada dunia? Maukah kau berpura-pura menjadikanku raja di siang nan gemilang?'

Bintang masih ada di angkasa menari dan tertawa, menyuguhkan balada pada anak manusia 

Lalu angin pun menggoda udara

'wahai, sang perkasa, maukah kau mengisi ruang yang hampa? Sirnakah kau jika aku, bersuara?'

Adakah rindu terdiam, membisu, ditengah tangisan Sang Dara yang membeku, kaku karena risau akan residu dalam kalbu cinta yang masih hangat menggebu

Ah, sastra dan bahasa, terlibatkah kau pada konspirasi antara asmara dan semesta?

Astaga, ternyata anak manusia masih terjebak dalam lubang hitam yang menganga lebar, menjadi misteri renjana akan kabut saat senja

Lantunan denting dawai kecapi Sang Maestro Jagat Raya terdengar merdu berbalut ketegasan kilat dari timur sampai ke barat.

Saat hujan bergelar Air Langit diutus untuk membasahi bumi, berjuta tunas bermunculan menghiasi tanah dan bersemi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline