Bukan Mental Tempe
Setelah makan banyak dan beristirahat sebentar, kelima remaja yang sedang berkumpul langsung tanding two-on-two di lapangan basket yang ada di halaman belakang rumah Kenan. Rumah Kenan memang memiliki halaman yang luas. Ayahnya sengaja membuat rumah yang berukuran tidak terlalu lebar, dan menyisakan banyak lahan untuk taman dan lapangan basket.
"Udah dulu mainnya. Nih tante bikin es kuwut, seger banget loh." Tante Sarah, mama Kenan, menawarkan satu teko minuman dingin berwarna hijau cerah. Aroma melon dan lemon berpadu manis dan pastinya akan pas sekali di sore panas ini.
"Eh, tapi minum air putih dulu, jangan yang dingin. Inget kan kalian sebentar lagi mau turnamen, harus jaga kondisi!" Tante Sarah istiqomah dengan perannya sebagai emak-emak. Setiap saat ada kesempatan untuk menasehati atau mengoreksi (dengan kata lain ngomel), pasti tidak akan dilewatkan begitu saja.
"Kenan dari tadi mainan HP aja deh. Gak ikutan main, kamu?" Tanya tante Sarah.
"Gak boleh ikutan, Ma. Gak diajakin. Udah pas orang katanya." Jawab Kenan sok manja. "Tuh Farrel, ma... yang gak ngebolehin main." Adunya.
"Dih cepu abis ni anak." Sahut Farrel. "Kata dia tadi mager, Tan... kekenyangan." Tambahnya sambil membulatkan bola matanya kearah Kenan.
"Tante, ini seger banget! Enak... manis asam aku suka." Ucap Kazumi mengalihkan perhatian ketiga orang yang duduk di dekat bangku panjang di pinggir lapangan. "Makasih ya, Tan."
"Iya... habisin sana. Dah tante masuk dulu." Pamit tante Sarah berjalan pelan menuju ke dapur rumahnya.
"BANGKE!" Tiba-tiba terdengar suara Kenan mengumpat.
"KENAN, MULUTNYA! Astaghfirullah..." Seru tante Sarah kesal mendengar kata kasar yang keluar dari mulut anaknya.