Hanna selalu bermimpi untuk mengunjungi Amerika Serikat. Dia telah merencanakan perjalanannya dengan cermat, menabung untuk itu, dan akhirnya, hari itu tiba. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Saat dia duduk di Bandara Internasional Narita di Jepang, dia tidak bisa menahan kekecewaannya. Gara-gara terlalu lama menghabiskan waktu di toilet, ia ketinggalan penerbangan lanjutan, dan dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli tiket lain. Dia terjebak di negara asing tanpa tujuan.
Hanna adalah seorang wanita muda yang ceria dan cantik dengan rambut hitam panjang tergerai di punggungnya. Matanya yang berbentuk seperti kacang almond berwarna cokelat pekat, dan kulitnya mulus tanpa cela. Dia mengenakan kaos putih sederhana dipadukan dengan celana pendek denim, tetapi bahkan dengan pakaian kasual ini, dia memancarkan keanggunan yang menarik. Perpaduan antara kesan tomboy, tetapi tetap cantik dan entah bagaimana mendeskripsikannya. Singkatnya, Hanna adalah tipe gadis yang akan membuat pria menoleh dua kali bila berpapasan dengannya.
Merasa tersesat dan sendirian, Hanna memutuskan untuk menjelajahi kota untuk mengalihkan pikirannya dari kesulitannya. Dia berjalan-jalan di jalanan Tokyo yang sibuk, mengagumi pemandangan dan suara kota metropolitan yang ramai. Saat dia berjalan, dia melihat seorang pemuda Jepang duduk di bangku taman, tampak sedih dan patah hati.
Karena penasaran, Hanna mendekatinya dan bertanya apa yang terjadi.
"Permisi, apakah Anda bisa berbahasa Inggris?" Hanna bertanya, mendekati Hiro yang duduk sendirian di bangku taman.
Hiro mendongak, wajahnya kosong sejenak sebelum menyadari bahwa Hanna sedang berbicara padanya. "Ya, saya bisa," jawabnya sambil tersenyum sopan.
"Saya Hanna, dari Indonesia, dan saya ketinggalan pesawat. Saya tidak punya tempat untuk pergi dan tidak punya uang untuk membeli tiket lagi," kata Hanna, merasa malu. Saat tertekan dan buntu, kadang Hanna kehilangan kepintaran dan kewaspadaannya, hingga sisi polos dirinya mengambil alih ucapan dan pikirannya. "Ish... kenapa aku jujur sekali," gumamnya menyadari kebodohannya.
"Saya Hiro, dan saya turut prihatin atas kejadian itu," kata pria jangkung itu. Hiro adalah seorang pemuda tampan dengan rambut hitam sedikit gondrong. Dia mengikat rambutnya secara asal dan nampak seperti tokoh dalam anime Jepang. Hidung yang runcing serta mata yang cerah dan ekspresif yang tampak berubah warna tergantung pada cahaya. Dia mengenakan kemeja putih berkancing dan celana hitam, tetapi pakaiannya terlihat sedikit kusut dan acak-acakan, seolah-olah dia sudah terlalu lama memakainya.
"Memangnya kemana tujuan awal anda?" tanya Hiro dengan nada sedikit acuh tak acuh.
"Ke US. Hey, jangan terlalu formal... sepertinya umur kita tidak terlalu jauh berbeda. Kalau aku tidak salah tebak, umurmu sekitar 25 tahun kah?" ucap Hanna.
"27," jawab Hiro singkat. "Aku haus. Sebentar, aku akan mencari minuman" pamit Hiro mengarah ke sebuah vending machine di depan sebuah toko.