Lihat ke Halaman Asli

Diah Kusumastuti

Mom blogger

Memasak Nasi dalam Segenggam Syukur

Diperbarui: 11 Maret 2024   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com

Tadi malam tiba-tiba saya terbangun saat semua penghuni rumah tertidur lelap. Saya terkesiap ketika melihat jam menunjukkan pukul 00.30. Bukan karena kaget keadaaan sangat sunyi, bukan pula teringat karena belum bayar tagihan wifi, tetapi saya ingat sesuatu. Saya belum memasak nasi!

Ya, hari ini adalah hari pertama puasa Ramadan 1445 Hijriah. Kami harus sahur untuk melaksanakan ibadah puasa. Meskipun sahur tidak wajib hukumnya, namun hal itu merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW dan hampir selalu kami laksanakan. Dan, kami sudah terbiasa sahur dengan nasi plus lauk dan sayur.

Masalahnya, saya belum memasak nasi! Sedangkan memasak nasi enggak bisa dalam waktu singkat, kan. Seharusnya saya sudah memasaknya sebelum tidur tadi. Agar enggak terburu-buru memasaknya saat sudah mendekati waktu sahur. Tetapi sebelum tidur tadi saya melupakan hal itu.

Sejenak saya duduk, dan spontan terucap kata "alhamdulillah". Bersyukur sekali Allah telah membangunkan saya di waktu yang tepat. Padahal, saya juga tidak memasang alarm sebelum tidur tadi. Padahal, jarang-jarang pula saya terbangun di tengah malam. Alhamdulillah.

Kalau itu bukan karena Allah, lalu karena apa/siapa? Jelas-jelas Dia telah membangunkan saya di waktu yang tepat. Jelas-jelas Dia telah mengizinkan saya untuk membuat menu sahur, mengizinkan kami sekeluarga untuk berpuasa hari ini. Semua karena-Nya.

Saya pun segera beranjak ke dapur dan lekas memasak nasi. Masih sangat cukup waktu yang tersedia untuk menjadikan beras itu menjadi nasi, untuk menu sahur nantinya. Selesai memasukkan nasi ke rice cooker, masih ada waktu bagi saya untuk memejamkan mata lagi sejenak. Dan tentu saja, enggak lupa saya memasang alarm di pukul 03.00.

Masya Allah, saya telah memasak nasi dalam segenggam syukur.

Dan alhamdulillah, sahur pertama kami di bulan Ramadan tahun ini berjalan lancar. Anak-anak juga gampang dibangunkan dan kami pun sahur bersama-sama tanpa drama berarti. Hanya si anak TK yang agak lambat makannya. Itu sangat wajar, bukan?

Bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Bagi saya, hal-hal kecil semacam itu wajib saya syukuri. Sekecil apa pun meski "hanya" soal terbangun di saat yang tepat, meski "hanya" soal anak-anak yang mau diajak sahur bersama, dan tentunya masih banyakkkk sekali hal-hal kecil dan sederhana lainnya yang selalu saya syukuri.

Bagi saya, bersyukur enggak harus di saat mendapatkan hal-hal yang besar seperti saat punya uang banyak, mendapatkan pekerjaan yang bagus, anak menjadi juara kelas, dan sebagainya. Karena kalau menunggu hal-hal tersebut terjadi, kita jarang bersyukur, dong? Hehe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline