Lihat ke Halaman Asli

Gadis Bali

Diperbarui: 23 Juli 2023   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Gadis Bali sumber: unsplash.com/NELbali Photography

 

Jatuh cinta pada pandangan pertama. Ah, sangatlah mustahil terjadi. Masak sih? Kita bisa jatuh cinta hanya baru melihatnya pertama kali. Kenal bagaimana orangnya saja kita tidak tahu. Masak bisa jatuh cinta? Anggapan itu mematahkan opiniku kala tempo hari tak sengaja bertemu pandang dengan gadis yang belum aku ketahui namanya sedang membantu Ibunya membawa dagangannya.

Hari ini aku kembali lagi ke pantai ini, pantai Sanur tempat pertama kali aku melihatnya. Deburan ombak kecil mampu menggoyangkan perahu-perahu yang berjejer dibibir pantai. Sang fajar tampak malu-malu menampakan dirinya dari ufuk timur. Sungguh indahnya ciptaan Tuhan. Kopi hitam dengan gelas berbahan semacam kertas dan sebatang rokok menemani pagiku yang mampu mengusir rasa kantuk ini yang rela bangun pagi langsung menuju ke pantai ini hanya ingin bertemu dengannya. Pandanganku lurus menatap seorang anak kecil yang tengah berjalan diatas pasir putih tepi pantai sedang memunguti kerang. Kemudian disusul oleh dua temannya yang membawa ember sembari bercanda tawa menghampiri ombak. Sesekali aku menoleh ke arah barat tempat keluar masuknya ke pantai ini berharap gadis itu segera datang.

Pengunjung pantai ini semakin berdatangan. Dari mulai warga lokal sampai wisatawan asing yang sedang berlibur ke pulau Dewata ini. Terlihat ada yang mandi sembari bermain obak, anak-anak yang membuat istana pasir, ada yang mengais rezeki dengan berjualan atau hanya sekadar refresing.

Semakin lama matahari mulai naik. Warna keemasannya sudah mulai berubah terang. Kopi hitam sudah habis aku seruput dari tadi dan dua batang rokok sudah ku isap. Namun orang yang aku tunggu-tunggu belum juga muncul-muncul. Sedangkan, pedagang lumpia lainnya sudah berjualan dikerubungi pengunjung. Apa hari ini Ibu dari gadis itu sedang libur jualan? Benakku bertanya-tanya. Jika memang benar. Ah, sia-sia saja aku bangun pagi-pagi buta yang ujungnya tak bertemu dengannya.

Aku mencoba bersabar dan tetap menunggunya. Ya, mungkin sekitar setengah jam lagi hingga rokok ketiga yang ku sulutkan ini habis.

Sinar matahari sudah mulai terasa panasnya. Orang-orang yang tadi mandi kini bergegas pulang. Begitupun juga pengunjung lainnya. Pedagang-pedagang lumpia yang dagangannya sudah habis beranjak dari tempatnya.

Aku melirik jam tanganku yang ternyata hampir empat jam aku berada dipantai ini. Gelas kopi yang hanya tinggal ampasnya saja dan tiga puntung rokok didalamnya aku raih. Ku genggam erat hingga gelas kertas itu hingga remuk lalu ku lempar hingga tepat mendarat ke tempat sampah berwarna hijau tua yang berjarak semeter dari tempatku berdiri. Aku menepuk-nepuk celana pendekku untuk meruntuhkah pasir yang menempel. Lantas aku memutuskan untuk kembali ke Villa tempatku menginap yang berlokasi di Ubud.

Aku mengendarai motor matik sewaanku selama empat hari berada di Bali dengan kecepatan sedang. Hari ini aku gagal bertemu dengannya. Si gadis manis dan pemilik bulu mata lentik itu. Entah kenapa perasaan ku jadi gundah ingin cepat tahu namanya.

Malam pun tiba, aku hanya berdiam di kamar Villa yang aku sewa. Pikiran terus terbayang pada wajah ayu gadis itu. Ingin mencarinya disosmed? Namun tak tahu siapa namanya. Sepertinya ada yang menggajal dihatiku. Apa mungkin aku tertarik padanya? Entahlah. Aku berusaha memejamkan mata agar segera terlelap. Besok adalah hari terakhir ku berada di pulau Dewata ini. Berharap bisa bertemu dengannya lagi.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline