Lihat ke Halaman Asli

DIAH AYU NINGRUM

Mahasiswi SV IPB

Keberlangsungan Pendidikan Indonesia pada Masa Pandemi

Diperbarui: 15 Juli 2021   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini seluruh dunia termasuk Indonesia sedang dilanda wabah virus Covid-19. Pandemi Covid-19 menyebabkan berbagai perubahan di hampir semua aspek kehidupan salah satunya pada bidang pendidikan. Sesuai kebijakan yang dikeluarkan oleh kemendikbud yakni kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan di sekolah kini harus dilakukan di rumah masing-masing siswa/i melalui pembelajaran daring (dalam jaringan). Hal tersebut bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Teknologi berperan penting dalam menyokong pelaksanaan pembelajaran daring. Teknologi berfungsi sebagai media bagi pengajar untuk menyampaikan materi dan media komunikasi antara pengajar kepada para anak didiknya. Untuk mengganti kegiatan tatap muka secara langsung maka pengajar memanfaatkan platform video conference seperti Zoom, Google Meet, Cisco Webex, dan platform lainnya, peserta didik juga dapat bertanya langsung terkait materi yang sedang disampaikan. Selain itu teknologi dapat memudahkan para peserta didik untuk mencari tambahan materi pembelajaran melalui platform edukasi di internet dalam bentuk Ruang guru, Zenius, Pahamify, Quipper, YouTube, dan lainnya.

 Dalam pelaksanaannya pembelajaran daring memerlukan sebuah alat/perangkat yang berfungsi sebagai penghubung antara pengajar dengan peserta didik, contohnya smartphone, laptop, atau  pc. Selain itu dibutuhkan juga kuota internet/sambungan wi-fi untuk menjangkau internet. Di wilayah yang sudah maju tentu tidak masalah karena hampir semua orang memiliki smartphone. Namun, di desa kecil tidak semua orang memiliki smartphone. Hal tersebut menyulitkan para peserta didik di desa-desa karena tidak adanya sarana untuk mengikuti pembelajaran daring.

Pemakaian kuota internet saat ini juga jadi lebih besar dibandingkan sebelum pandemi. Harga kuota internet yang cukup mahal membuat tidak semua orang sanggup membelinya terlebih dengan ekonomi keluarga yang menurun akibat pandemi. Solusinya pemerintah memberikan bantuan kuota internet kepada para pelajar setiap bulannya untuk menunjang pendidikan mereka. Akan tetapi kuota yang terbatas tersebut terkadang tidak cukup untuk pembelajaran daring sebulan sehingga para pelajar harus membeli kuota internet tambahan. Sinyal yang susah dijangkau di desa-desa kecil juga menjadi salah satu faktor kendala proses pembelajaran daring. Tentu ini menjadi hambatan terhadap keberlangsungan pendidikan di Indonesia.

Pandemi juga mengakibatkan perekonomian di Indonesia menurun. Banyak keluarga yang pendapatannya menurun bahkan sampai kehilangan pendapatan. Hal itu membuat anggota keluarga sibuk mencari pekerjaan/bekerja demi mencukupi segala kebutuhan keluarganya. Waktu yang seharusnya diluangkan orang tua untuk mendampingi anaknya belajar pun terpaksa dikorbankan. Sang anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat pendampingan dari orang tuanya terpaksa belajar sendiri di bawah tekanan yang dia terima dari luar. Hal tersebut sebenarnya tidak boleh dibiarkan karena sangat berpengaruh bagi perkembangan dan kesehatan mental sang anak.

Dikutip dari sindonews.com -- Ancaman Kesehatan Mental Siswa pada Masa Pandemi Satgas Penanganan Covid-19 (BNPB 2020) melakukan survei terhadap kesehatan mental para siswa dan menghasilkan bahwa 47% anak Indonesia merasa bosan di rumah, 35% merasa khawatir ketinggalan pelajaran, 20% anak merindukan teman-temannya, 15% anak merasa tidak aman, dan 10% anak merasa khawatir tentang kondisi ekonomi keluarga. Pandemi yang tak kunjung berakhir membuat beberapa siswa terpaksa putus sekolah. 

Penyebabnya pun beragam seperti tak mampu membayar tunggakan spp, lebih memilih bekerja demi membantu perekonomian keluarganya, serta menikah dini karena merasa stres mengikuti pembelajaran daring. KPAI mencatat ada 34 kasus putus sekolah karena penunggakan spp periode Maret 2020 -- Januari 2021 dan lebih dari 150 kasus putus sekolah karena pernikahan dini dan bekerja periode 2020 -- Februari 2021.

Saat ini dunia masih dihantui oleh pandemi Covid-19 sehingga seluruh kegiatan khususnya kegiatan pendidikan dilakukan secara online atau daring. Kegiatan pendidikan yang dilakukan secara daring otomatis memerlukan ponsel atau laptop sebagai medianya. Di zaman serba maju seperti saat ini memiliki ponsel dan laptop bukanlah hal yang aneh dan sulit. Namun ternyata efek dari kegiatan pendidikan yang dilakukan secara daring memiliki banyak kelemahan seperti kuota yang boros, jaringan yang terkadang tidak stabil, atau sinyal yang belum masuk ke dalam desa pelosok negeri. Selain itu, perkonomian keluarga yang menurun akibat pandemi Covid-19 menyebabkan banyak siswa terpaksa harus putus sekolah.

Referensi:

Salsabila, U. H., Sari, L. I., Lathif, K. H., Lestari, A. P., & Ayuning, A. (2020). Peran Teknologi Dalam Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan, 17(2), 188-198. Diakses pada 5 Juli 2021, tersedia pada: https://ojs.diniyah.ac.id/index.php/Al-Mutharahah/article/view/138

Sulaiman, J. M. (2020). Pengaruh Media Belajar Smartphone Terhadap Belajar Siswa Di Era Pandemi Covid-19:(The Influence of Smartphone Learning Media on Student Learning in The Era Pandemi Covid-19). Indonesian Educational Administration and Leadership Journal, 2(2), 94-106.Diakses pada 5 Juli 2021, tersedia pada:  https://online-journal.unja.ac.id/IDEAL/article/view/10465

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline