Tana Toraja, salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan ini punya beragam budaya yang membuat siapa pun berdecak kagum. Toraja merupakan salah satu suku yang memiliki keseimbangan yang baik antara alam dan manusia.
Masyarakat suku Toraja percaya bahwa alam merupakan ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal tersebut juga sebagai bagian dari bentuk penghormatan kepada arwah leluhur yang dahulu telah menjaga alam dengan baik (Anggun Sri, dkk, 2020).
Salah satu budaya unik yang ada di Toraja adalah serangkaian upacara adat. Upacara adat berkaitan dengan pemujaan, permohonan atau ucapan rasa syukur kepada penguasa.
Toraja punya upacara adat yang bernama 'Rambu Solo' yaitu ritual upacara adat yang berkaitan dengan kematian seseorang yang bertujuan untuk menghormati arwah atau jiwa seseorang yang meninggal dan mengantarkannya menuju alam roh atau dapat juga dikatakan sebagai bentuk penyempurnaan arwah manusia yang sudah meninggal (Nugroho, 2015).
Banyak peneliti yang tertarik melihat fenomena ini, bagaimana suatu kematian sangat dihormati dengan melakukan upacara adat. Sebuah fenomena yang lekat dengan kesedihan namun, tetap dibalut dengan unsur budaya.
Ini yang mendorong Anggun Sri Anggraeni dan Gusti Anindya Putri dari Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI, membuat sebuah penelitian bertajuk "Makna Upacara Adat Pemakaman Rambu Solo' di Tana Toraja." Penelitian ini kemudian dituangkan dalam sebuah jurnal elektronik.
Dalam penelitian ini tujuan utamanya adalah untuk untuk mengetahui makna dan simbol apa saja yang terkandung dalam upacara adat pemakaman Rambu Solo serta keterkaitannya terhadap relasi antara Tuhan dengan manusia.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa penting upacara adat pemakaman Rambu Solo bagi masyarakat Tana Toraja dalam kehidupan mereka. Dengan menggunakan metode kualitatif, peneliti mengumpulkan data sekunder berupa hasil penggunaan studi literatur.