Diah Ayu Cahyaningsih
Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Dosen Pengampu : Dr. Aida Azizah S.Pd., M.Pd.
Bahasa merupakan alat interaksi dan alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal, secara internal artinya pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologi, struktur morfologi, struktur sintaksis hingga wacana, kajian internal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada dalam disiplin linguistik saja (Risanaya, 2017). Kemampuan berbahasa yang baik dan benar dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis (Keguruan & Jember, n.d.). Didalam sebuah bahasa terdapat kata yang saling berhubungan yang dapat membentuk sebuah kalimat. Kata merupakan kumpulan huruf yang memiliki makna dan dapat diungkapkan baik secara lisan maupun tulisan.
Karya tulis ilmiah merupakan karya seseorang yang melaporkan suatu permasalahan serta merumuskannya melalui suatu metode serta percobaan penelitian di lapangan. Karya tulis ilmiah bersifat berita karena data yang diambil berasal dari lapangan serta mengutip dari penelitian sebelumnya, misalnya tokoh ternama yang berada pada bidangnya. Fungsi berasal karya tulis ilmiah bisa memberikan informasi terkait konflik yang dibahas oleh penulis melalui gaya bahasa dan penyajian data yang tertata dan mudah dipahami.
Maraknya karya tulis ilmiah pada Indonesia tidak diimbangi dengan kompetensi seseorang baik pelajar/mahasiswa ataupun lainnya dalam menyusun sistematika penulisan. Faktanya masih banyak orang yang kebingungan dalam memasak data serta menyampaikan bahasa komunikasi melalui susunan istilah yang padu dalam membentuk naskah ilmiah. Hal ini banyak ditemukan dengan adanya penggunaan kata tidak baku dalam karya tulis ilmiah yang disusun oleh seseorang. Sebagai akibatnya dapat dikatakan karya tulis ilmiah tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Istilah baku artinya kata atau ejaan yang pelafalannya sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang tertuang pada KBBI serta panduan umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kosa kata baku dipergunakan untuk segala hal yang bersifat formal, termasuk dalam karya tulis ilmiah, surat resmi, majalah, atau pada lembaga-lembaga resmi. Istilah baku digunakan untuk segala hal yang bersifat resmi serta membutuhkan penuturan bahasa yang sempurna. Penggunaan kata baku perlu dipahami dengan saksama sehingga bisa menyusun bahasa Indonesia dengan tepat dan cermat. Istilah baku menjadi hal yang harus diterapkan ketika membuat pesan tertulis yang bersifat resmi, atau dikirimkan pada orang atau instansi tertentu. Dengan kata baku pula dapat melestarikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik, serta dapat mempersatukan bangsa dengan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia.
Murtiningsih (2013) melaporkan hasil penelitiannya sebagai berikut:
(1)Kesalahan yang paling banyak dilakukan mahasiswa dalam penulisan kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat sebesar 69,2%, tetapi masih masuk dalam taraf kesalahan rendah.
(2)Untuk kategori sedang 17,4% terutama kesalahan dalam penulisan kata berimbuhan dan penggunaan kata depan.
(3)Taraf kesalahan dalam penulisan kata baku yang dipengaruhi oleh bahasa daerah atau bahasa percakapan.
(4)Kesalahan mahasiswa dalam penulisan kata yang rancu atau ambigu sebesar 13,4%.
Penguasaan atas bahasa Indonesia dapat mengembangkan kemampuan dalam mengorganisiasikam ide-ide atau konsep-konsep untuk dikomunikasikan kepada pihak lain sehingga terjalin interaksi antaride yang berkesinambungan dan menghasilkan proses transfer ilmu dan pengelolaan yang berjalan efektif (Fakhrudin, 2020). Salah satu penyebab melemahnya kemampuan Bahasa Indonesia yang baku adalah karena adanya pengaruh dari bahasa luar atau modernisasi. Hal ini memicu munculnya istilah bahasa gaul di kalangan masyarakat terutama yang aktif pada mesia sosial. Di media sosial, terdapat ragam bahasa yang tidak baku yang dengan mudah diserap dan dikonsumsi oleh masyarakat. Kemunculan bahasa-bahasa semacam itulah yang menjadi penyebab tergesernya Bahasa Indonesia yang baku. Masyarakat menjadi terbiasa menggunakan Bahasa non formal yang bahkan terbawa dalam pembicaraan formal. Berikut beberapa dampak munculnya bahasa gaul bagi masyarakat Indonesia, yang dikutip dari (Nofitasari et al., 2017):
(1)Masyarakat Indonesia tidak lagi mengenal bahasa baku sehingga kehilangan patokan dan bimbingan untuk memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(2)Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
(3)Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajari lebih lanjut karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(4)Masyarakat tidak terbiasa atau justru menjadi enggan menggunakan bahasa Indonesia baku.
(5)Pudarnya rasa bangga dalam diri masyarakat Indonesia untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sementara mereka sudah terbiasa dengan bahasa pergaulan yang lazim digunakan.
Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah menunjukkan bahasa yang sesuai dengan bidangnya, yaitu ragam keilmuan (Jamilah, 2017). Sudah selayaknya bahasa yang dipakai oleh bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia baku. Sebuah karya tulis ilmiah seharusnya mengikuti kriteria karya tulis ilmiah yang benar, yaitu: materinya logis, sistematikanya sistematis, dan bahasanya lugas (Bagus & Adnyana, 1989). Ketidakbakuan sebuah kata menunjukkan bahwa penulis tersebut belum benar-benar memahami penggunaan bahasa Indonesia yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H