Lihat ke Halaman Asli

Diah Asih Sukesi

Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Doom Spending, Dampak dan Cara Mengatasinya

Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Doom Spending, Dampak dan Cara Mengatasinya.

Suatu hari temanku berkisah ketika masa covid dahulu, toko onlinenya laku keras hingga 2 tahun dia bisa membeli rumah dengan harga 1,7 Milyar secara cash.

Masa covid banyak orang yang tidak bisa melakukan aktifitas keluar rumah, akhirnya ada yang bisa menyikapi dengan baik melalui hobby berkebun jika memiliki lahan luas tapi ada yang menyalurkan tingkat stresnya dengan melakukan belanja online, salah satunya mungkin di toko sahabatku itu. 

Istilah doom spending adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan seseorang sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau perasaan negatif lainnya. Istilah ini berasal dari kata "doom" yang berarti "nasib buruk" atau "kiamat" dan "spending" yang berarti "pengeluaran".

Jadi, doom spending bisa diartikan sebagai "belanja karena merasa kiamat".

Mengapa orang melakukan doom spending?

 * Mengatasi stres: Belanja dianggap sebagai cara cepat untuk merasa lebih baik dan melupakan masalah.

 * Mencari kenyamanan: Membeli barang baru memberikan perasaan senang dan puas sesaat.

 * Merasa tidak berdaya: Di tengah ketidakpastian, belanja menjadi bentuk pengendalian diri.

 * Pengaruh media sosial: Iklan dan tren di media sosial mendorong keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline