Lihat ke Halaman Asli

Ayahku, Pahlawanku

Diperbarui: 10 November 2015   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala pagi membuta, diriku masih terlelap dibuai mimpi. Gerimis pagi membasah atap, kuterbangun nampak memcium aroma masakan dari bapakku. Hidup hanya berdua, semenjak usia 6 tahun, ibuku yang berawal kerja nan jauh disana, hingga kini tanpa kabar berita.. Riuh ramai tetanggaku membicarakan kabar ibuku yang katanya sudah menikah dibawah tangan dengan laki laki lain.

Usai sarapan berdua, laju sepeda tua itu dikayuhnya tanpa lelah mengantarku ke Madrasah, selepas itu bapakku berlanjut bekerja menjadi buruh tani pada tuan tanah di desaku. Mulai pagi hingga sore tiada peduli panas mentari menyengat dan peluh membasah di badan, dia singsingkan lengan demi aku dan pendidikan ku.

Berlanjut hingga belasan tahun, aku lulus sarjana yang kebetulan dibantu bea siswa dari sekolah. Wisuda ku hanya berteman dengan bapakku, yang sudah nampak lelah di usianya yag tak lagi muda..  Prakata terucap di podium bingkisan untuk ayah.

 

TERIMA KASIH AYAH

 

Tabur kasih sayang

Pahlawan hati

Santun bakti

Ananda

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline