Solo-Sampah masih menjadi permasalahan yang belum dapat dituntaskan di kota Solo. Berdasarkan data Dinas DLH Surakarta, pada tahun 2021 jumlah sampah yang dihasilkan di Kota Solo mencapai 299,45 ton per hari.
Mengutip dari Liputan 6.com, mayoritas sampah yang dihasilkan atau sekitar 61,95 persen, adalah sampah organik. Dari total sampah yang dihasilkan, 84,94 persennya diangkut ke TPA Putri Cempo, Solo. Sekitar 14,87 persen dijual ke pengepul sampah atau pengelolaan di sekolah Adiwiyata, sedangkan sisanya ada yang dibakar atau dibuang sembarangan.
Permasalahan sampah harus ditangani mulai dari hulu sampai hilir. Harus ada kolaborasi yang baik antar semua elemen untuk mengatasi permasalahan sampah. Masyarakat memiliki peran yang besar dalam penanganan sampah di hulu, salah satunya melalui bank sampah yang terus bergerak memanfaatkan sampah. Barulah sisanya ditangani oleh TPA.
Namun pada kenyataannya dari sekitar 130 bank sampah di Kota Solo belum ada 50% yang aktif. Banyak alasan yang melatarbelakanginya. Salah satunya soal pasokan sampah dari warga.
Pemilahan sampah di rumah tangga yang belum menjadi kebiasaan membuat bank sampah tak memiliki banyak stok untuk diolah. Semua sampah di Kota Solo masuk ke TPA Putri Cempo, padahal tidak semua sampah tidak berguna. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai kompos, sementara sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi produk yang bermanfaat. Semua itu bisa berjalan dengan syarat pemilahan dari rumah dilakukan dengan baik.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Mahasiswa PPG Prajabatan Kimia UNS melalui Mata Kuliah Proyek Kepemimpinan mengadakan kegiatan Pemilahan Sampah sebagai Wujud Kepedulian Lingkungan di Komunitas Bekelan Kerten, Surakarta.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 12 dan 19 Februari 2023 di Taman Cerdas Kerten ini dimaksudkan untuk mengenalkan pemilahan sampah menjadi sampah organik dan anorganik serta bagaimana melakukan daur ulang sampah plastik berupa botol dan galon bekas.
Kegiatan tersebut diikuti oleh anak-anak Komunitas Bekelan Kerten, Surakarta dengan rentang usia 4 hingga 12 tahun. Kegiatan diisi dengan permainan, dongeng tentang pemilahan sampah oleh Kak Nasyir, Pemanfaatan sampah botol plastik bekas menjadi celengan dan pemanfaatan galon bekas menjadi pot tanaman.
Harapannya dengan diperkenalkan cara pemilahan sampah pada anak usia dini, akan terbentuk kebisaan baik tentang kepedulian terhadap lingkungan yang akan dibawa hingga mereka besar nanti dan dapat menularkan kebiasaan baik tersebut kepada orang di sekitarnya.
Menurut Mbak Astrid salah satu pengurus Komunitas Bekelan mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan sangat bermanfaan untuk Kawan Bekelan, karena setelah belajar memilah sampah Kawan Bekelan jadi lebih paham apa itu sampang organik dan anorganik dan bagaimana memperlakukan sampah sesuai jenisnya. Selain itu kegiatannya juga menyenangkan karena bisa belajar tentang memilah sampah dengan cara yang berbeda yakni dari dongeng Kak Nasyir.