Assalamu'alaikum ww...
Salam dan Bahagia...
Perkenalkan saya DIAH RATNA WIDIASTUTI, Guru SMKN 1 Klabang. Saya adalah CGP Angkatan 7 dari Kabupaten Bondowoso. Melalui blog ini, saya akan menuliskan Koneksi Antar Materi Modul 1.4-Budaya Positif.
Pada tahap koneksi antarmateri modul 1.4. ini, CGP diajak meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah dipelajari. CGP membuat sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi.
Yang pertama, peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak, dapat diuraikan sebagai berikut.
Menerapkan budaya positif adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dengan penerapan budaya positif, maka akan menghasilkan suatu ekosistem sekolah yang penuh dengan suasana positif. Hal positif itu akan mudah menular jika dilakukan secara konsisten dan tentunya dilakukan secara kolaborasi. Karena beragamnya karakter siswa dan guru, kita harus mengetahui konsep-konsep inti budaya positif dalam penerapannya. Konsep-konsep inti dalam budaya positif di antaranya disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi.
Setelah mempelajari Modul 1 mulai dari Modul 1.1 tentang Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 tentang Budaya Positif saya semakin menyadari bahwasanya kita memiliki peran yang sangat penting, kita diharapkan nantinya akan bisa menjadi seorang pemimpin pembelajaran di ekosistem sekolah masing-masing dengan mengajak warga sekolah untuk berkolaborasi menciptakan pendidikan yang berpihak kepada anak dengan langkah awal yaitu menciptakan visi yang jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan langkah BAGJA yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk ekosistem pendidikan khususnya untuk murid-murid.
Di sekolah, saya juga berperan aktif dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak dengan membentuk komunitas praktisi di sekolah. Tentunya dukungan awal berasal dari Kepala sekolah serta rekan sejawat yang ada di sekolah.
Hal yang tak kalah penting adalah membuat keyakinan kelas pada awal pembelajaran. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak yang saya miliki yaitu berpihak pada murid. Saya juga sudah berbagi ilmu dan diskusi dengan rekan sejawat terkait keyakinan kelas beserta dengan nilai-nilai kebajikan, harapan saya mereka juga bisa menerapkannya dalam pembelajaran. Menerapkan disiplin positif, dengan menanamkan motivasi intrinsik bahwa mereka melakukan disiplin positif bukan karena takut dihukum atau untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain tapi apa yang mereka kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.
Posisi kontrol saya pada setiap masalah murid adalah manager, saya berusaha berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran KHD bahwa salah satu tugas guru adalah untuk memfasilitasi murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.
Bila terjadi permasalahan murid, saya akan menyelesaikannya menggunakan pendekatan segitiga restitusi, yang terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, supaya murid mempunyai rasa percaya diri setelah melakukan kesalahan, validasi tindakan yang salah, supaya murid dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah dilakukan dan dapat mengambil solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya, kemudian tahap yang ketiga adalah menanyakan keyakinan kelas, supaya murid mengingat kembali keyakinan kelas dan berjanji untuk selalu melaksanakan keyakinan kelas tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar, kemudian sesuai dengan nilai Guru Penggerak berpihak pada murid, dan refleksi, serta sesuai dengan peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin pembelajaran, dan tentunya mencapai visi Guru penggerak yaitu merdeka belajar.