Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa dengan SDM Kesehatan??

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sumber daya manusia atau yang sering kita singkat sebagai SDM merupakan faktor yang memegang peran sangat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan karena mereka merupakan penentu demi terwujudnya visi dan misi yang telah dirancang untuk kemajuan organisasi atau perusahaan.

Fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan laboratorium kesehatan mempunyai kespesifikan dalam hal SDM. SDM yang ada di fasyankes secara umum dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. Tenaga Kesehatan
Menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sedangkan menurut PP No. 32/1996 tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melaului pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentumemerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
2. Tenaga Non Kesehatan
SDM KESEHATAN DI INDONESIA
Fasyankes khususnya rumah sakit sering disebut sebagai padat modal dan padat karya. Disini berkumpul orang-orang dengan profesi bermacam-macam. Sebut saja Dokter, perawat, bidan, analis kesehatan, ahli gizi, perekam medis, apoteker, radiographer, therapis dan bagian yang mengurusi administrasi serta keuangan. Dengan kompleksitas yang tinggi, pihak manajemen rumah sakit harus benar-benar teliti dan cermat dalam hal perencanaan SDM.
Berbicara mengenai SDM sudah tentu sangat berkaitan dengan kompetensi,terutama untuk tenaga kesehatan dokter, perawat dan bidan. Kompetensi biasa diartikan sebagai perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap. Beberapa ahli menyebutkan bahwa pengetahuan dan keterampilan merupakan hard competency sedangkan sikap merupakan soft competency. Diperkirakan 75% personil rumah sakit adalah perawat (Ilyas, 2011). Profesi perawat adalah profesi yang memiliki hubungan paling intens dengan pasien maupun keluarga pasien, khususnya untuk unit rawat inap. Karena itulah untuk tenaga kesehatan khususnya perawat peningkatan soft competency harus terus dilakukan.
.Banyaknya pemberitaan negatif tentang pelayanan rumah sakit sebenarnya sudah dari dulu. Tetapi karena sekarang pemerintah sedang gencar-gencarnya mensukseskan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), maka kinerja SDM rumah sakit semakin disorot.
Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca secara online di www.liputan6.com yang berjudul “DJSN Akui SDM & Tarif RS Masih Jadi Masalah di BPJS” , disebutkan bahwa pengembangan SDM terus dilakukan tetapi memiliki kendala di biaya yang besar dan proses rekruitmen yang ketat. Padahal di era sekarang ini dimana banyak sekali rumah sakit baru bermunculan maka secara otomatis persaingan akan semakin berat. Perlu diingat rumah sakit dan fasyankes swasta bergerak dalam bisnis pelayanan jasa. Dimana produknya tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. Oleh karena itu kompetensi baik hard competency maupun soft competency sangatlah penting karena SDM-SDM inilah yang merupakan “kurir” dalam menyampaikan produk yaitu jasa pelayanan.
Kalau ditinjau dari segi hard competency yaitu pengetahuan dan keterampilan, SDM kesehatan kita sudah “mumpuni”. Banyak kursus-kursus yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM-SDM kesehatan khususnya tenaga kesehatan. Maka tidak diragukan untuk hard competency yang dimiliki para tenaga kesehatan, apalagi pemerintah semakin ketat dalam hal kompetensi SDM. Lalu bagimana dengan soft competency? Dalam sebuah blog yang khusus membahas tentang SDM rumah sakit disebutkan bahwa membangun soft competency adalah salah satu cara untuk memenangkan persaingan.
“Kalau rumah sakit bisa mengembangkan soft competency dengan menumbuhkan sikap dan perilaku positif pada semua karyawannya, menciptakan lingkungan yang kondusif dan memacu motivasi semua karyawannya untuk berkembang dan maju, maka ini merupakan sesuatu keunggulan yang bisa bersaing dengan rumah sakit lain”
(sumber : www.sumberdayamanusiarumahsakit.blogspot.com)

“Sebagai pemberi pelayanan jasa, sikap dan perilaku inilah yang akan bisa dirasakan oleh customer/ pasien. Siapapun karyawan , yang berpendidikan tinggi atau tidak, yang trampil menyuntik atau tidak, kalau sikap dan perilaku kepada pasien tidak baik maka tetap saja pelayanan jasa yang diterima juga tidak baik. Soft competency ini sifatnya tersembunyi dan untuk mengembangkannya memerlukan waktu yang panjang.”
(sumber : www.sumberdayamanusiarumahsakit.blogspot.com)

Mungkin letak kelemahan pelayanan kesehatan kita ada di soft competency yang dimiliki oleh SDM-SDM kesehatan. Menganggap memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah sebuah rutinitas telah menyebabkan para SDM-SDM Kesehatan sedikit kehilangan positive attiude dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Atau.. bisa juga disebabkan oleh beban kerja yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan stress kepada para pekerja. Untuk itulah dibutuhkannya managemen SDM yang baik.
Ada lima prinsip pendekatan terhadap manajemen sumber daya manusia yaitu :
1. Sumber daya manusia adalah merupakan kekayaan yang paling penting, yang dimiliki oleh suatu organisasi. Sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut.
2. Keberhasilan sangat mungkin dicapai manakala peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur serta mekanisme kerja yang bertalian dengan manusia dan perusahaan tersebut saling berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian strategis.
3. Budaya dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian terbaik.
4. Manajemen sumber daya manusia berhubungan secara integrasi yang dapat menjadikan semua anggota organisasi terlibat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Empat prinsip tersebut harus tertanam dalam diri setiap anggota (manusia).
Selain itu pemberian kompensasi dan motivasi sebagai hasil dari kerja keras para pekerja juga harus diperhatikan. Banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang sangat erat antara dua hal tersebut dengan capaian kinerja. Oleh karena itu untuk masa sekarang, SDM kesehatan bukan hanya sekedar kata atau titel buat para pekerja kesehatan, tetapi mereka semua adalah aset (human capital) yang harus diperhatikan agar pelayanan kesehatan yang prima dapat terwujud. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline