Lihat ke Halaman Asli

Kotamobagu Sudah Tak Santai, Ayo ke Boltim dan Silahkan Fall In Love

Diperbarui: 9 Juli 2016   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

TAK ADA yang lebih banal dan menyakitkan, kecuali melarang orang yang sedang jatuh cinta. Begitupun menangkap mereka yang tengah memadu kasih. Terlebih lagi alasan pelarangan berbuntut penangkapan itu, dilandaskan pada logika menjaga ketertiban umum, ketentraman masyarakat, dan sarana pembinaan kehidupan remaja yang dianggap menderita penyakit sosial. Ehem..!!

Sebagai sebuah kota kecil yang belum berumur 10 tahun, Kotamobagu yang pusat keramaiannya cuma ibarat jalan ingus seorang bocah kesepian—itupun jika pertokoan dari Roberta hingga Paris belum menutup pintu—maka suramlah kota ini dan benar-benar kehilangan nuansa, tanpa ada tanda-tanda kehidupan, diperparah dengan disapu-bersihnya semua ruang publik (bahkan private) oleh bulan-bulanan razia aparat, yang secara gegap-gempita penuh dukungan, sukses memberantas semua yang dianggap sebagai penyakit masyarakat.

Jika ada yang mau membantah, maka saya yang memang bukan remaja Kotamobagu, hendak bertanya pada kalian; tongkrongan (ruang publik) mana lagi tersisa di Kotamobagu yang luput dari ancaman jaring razia?

Sudahlah untuk beromantisme kembali ke jaman gegap-gempitanya kejayaan Lapangan Kotamobagu yang setiap malamnya menjadi tujuan favorit banyak kalangan. Lapangan itu kini sepi, bahkan seekor nyamuk pun akan berpikir panjang untuk sekadar nangkring di sana, berharap ada daging dan darah-darah segar kawula muda kota bisa disedot.

Lupakan juga Taman Kota depan Roberta yang tinggal menyisakan horor dan paranoid terhadap mobil karanjang. Untuk ke Lapangan Mogolaing pun, adalah perkara menyesakkan dada. Sama tak mungkinnya Anda nongkrong di Taman Kota di Eks-Stadion Gelora Ambang, yang entah siapa arsiteknya; betapa mungkin sudah merasa cerdas dan layak dipuji karena telah membangun Taman Kota di sudut stadion terlantar, yang cuma ada punsiana di sana menanti; gelap, penuh gendukan belukar, dan angker.

Tak usah pula merasa aman chek-in di hotel kelas melati. Kecuali tidak merasa takut dan malu bakal diangkut ke mobil karanjang untuk kemudian dibina setelah membuat surat pernyataan.

Dan soal ranah private seperti kos yang benar-benar merupakan ranah pribadi??

Hello… jangan mimpi di siang bolong. Di kota kecil ini, orang-orang seolah sudah kehilangan nalar sehingga tak bisa menegaskan batas; mana ranah private, mana ranah publik. Apalagi banyak warganya yang dianggap mengidap sebuah penyakit. Namanya PEKAT alias penyakit masyarakat.

Tapi, apa yang sebenarnya membuat saya remaja Boltim gusar terhadap kehidupan kawan-kawan remaja di Kotamobagu?

Setelah semua tongkrongan berhasil disapu-bersih, barusan saya mendapat brodkes berisi berita dari sebuah portal news yang esksis di Kotamobagu. Isinya sungguh naujubillah. Ada instruksi baru yang dikeluarkan pamarentah untuk 300 Hansip di Kotamobagu.

Apa instruksi itu? Adalah pemberlakuan jam malam, dan siapapun remaja yang asik pacaran pada malam hari, siap-siap ditangkap Hansip untuk kemudian digelandang ke kantor, dan seperti biasa; moral pelaku pacaran itu akan dibina oleh sang penegak ketertiban umum, dan penegak moral manusia. Hansip bro, Hansip lah yang akan membina moralmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline