Lihat ke Halaman Asli

Masalah Banjir di Jakarta yang Tak Kunjung selesai

Diperbarui: 6 Juni 2022   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banjir melanda Jakarta bukan suatu hal yang asing lagi di dengar oleh warga Jakarta, banjir sudah seperti pekerjaan rumah yang menjadi kendala di kegiatan sehari-hari. Sejarah mencatat banjir melanda Jakarta sejak awal pendirian kota oleh pemerintah hindia belanda. Pada awal tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen meminta agar kota di muara sungai Ciliwung yang sering terjadi banjir di bangun tembok 

dan di kelilingi parit parit agar bisa mengatasi banjir dan sekaligus menciptakan sebuah kota yang menjadi lalu lintas pelayaran seperti kota kota di belanda.  Tetapi system kanal tidak mampu mengatasi banjir besar yang melanda pada tahun 1872, 1932 dan 1933.

Dilhat secara geologis Jakarta merupakan daerah cekungan besar banjir, sementara kawasan sebelah utara Jakarta mengalami pengangkatan karena proses tektonik. Cekungan ini terbentuk dari tanah sedimen muda sangat tebal tetapi belum terkonsolidasi. Akibatnya, secara geologis, tanah di Jakarta perlahan mengalami penurunan. Penurunan ini secara alami menjadi parah karena adanya pengambilan 

air tanah secara besar besaran dan ditambah adanya pembangunan mega infrastrutur di wilayah Jakarta. Jika dikasji secara geomorfologi Jakarta merupakan dataran banjir yang berada di litasan 13 aliran sungai. 

Jadi memang sangat banyak sekali dataran banjir yang berada di wilayah DKI Jakarta dan bisa di maklumi bahawa potensi banjir di Jakarta sangat tinggi.

Selain di lihat dari geologisnya salah satu penyebab terjadinya banjir di Jakarta adalah curah hujan yang sangat ekstrem selain itu normalisasi kali ciliwung yang belum tuntas karena kendala sempitnya lahan karena terdapat banyak rumah warga yang berada tepat di palung sungai.  

Kurang daerah resapan air juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di tambah banyaknya pembangunan gedung di wilayah Jakarta meyebabkan penggunaaan air tanah secara berlebihan.  banyak sekali daerah yang tadinya menjadi resapan air sekarang telah berkembang menjadi pemukiman warga yang jika turun hujan dalam jumlah besar akan tergenang.

Sering terjadinya banjir di Jakarta bukan karena oleh satu pihak saja, untuk mendapatkan solusi yang terbaik di butuhkan tekat bersama untuk meyiasati kondisi alam yang kurang bersahabat, hal yang bisa di lakukan oleh warga Jakarta di butuhkan kerja sama untuk saling merawat dan menjaga lingkungan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline