Salah satu diskusi sentral Abad Pertengahan adalah studi tentang universalitas dan sumber keberadaannya, apakah universalitas adalah saksi dari idiom Platonis itu sendiri, atau abstraksi universal dari akal, seperti yang diyakini Aristoteles. Apa yang "universal" pada dasarnya tidak memiliki keberadaan eksternal. "Universal" hanyalah sebuah konsep. "Universal" hanyalah istilah umum yang dapat mencakup berbagai orang eksternal Apakah wujud "universal" itu sendiri sama dengan wujud "khusus" yang ada tidak hanya di alam spiritual tetapi juga di alam luar seperti entitas esensial lainnya? Misalnya, "Manusia Yang Mahakuasa". “Manusia semesta” di sini hanyalah sebuah konsep universal yang hanya ada dalam pikiran, atau apakah “manusia universal” itu sendiri memiliki realitas eksternal yang hanya dapat dilihat secara intuitif dan tulus (misalnya ia berada di alam non-fisik), atau “ manusia universal" hanyalah kata umum yang dapat diterapkan pada banyak objek individu?
Upaya-upaya pemikiran pada abad pertengahan itu tidak lain artinya untuk menjawab duduk perkara-duduk perkara tersebut. Dalam hal ini, terdapat 3 perspektif & genre pemikiran:
1. Realisme (universalitas itu mempunyai wujud eksternal atau mutsul Plato)
2. Idealisme (universal itu hanya masih ada pada alam pikiran atau gagasan Aristoteles)
3. Nominalisme (memutuskan istilah-istilah generik yg mewakili individu-individu eksternal).
4. Boethius (470-525 M) artinya orang pertama yg beranggapan bahwa universal itu hanyalah istilah semata, walaupun iaberupaya menuntaskan duduk perkara universal itu lewat gagasan Aristoteles.
- Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa yg hanya terdapat pada alam eksternal merupakan partikular, ad interim universal itu tidaklah mempunyai wujud hakiki & hanya bersifat istilah-istilah semata.
- Peter Abelard (1079-1142 M) memandang bahwa universal itu masih ada pada alam pikiran & konsep-konsep universal itu merupakan konsep-konsep abstraksi yg diambil menurut maujud-maujud luar menggunakan memperhatikan sifat-sifatnya, menggunakan istilah lain, universal itu adalah konsep-konsep yg masih ada pada pikiran yg menceritakan tentang empiris-empiris hakiki & eksternal.
- Segala kaidah filsafat & ilmu berpijak dalam penerimaan atas konsep-konsep universal, yakni jika seorang beranggapan bahwa universalitas itu hanyalah sebuah istilah semata & menolak konsep universal itu, maka nir satu pun kaidah yg iabisa diterima,
lantaran seluruh proposisi universal akan sebagai proposisi partikular yg hanya terkait menggunakan individu eksklusif saja, menggunakan demikian, segala proposisi universal yg adalah pijakan semua ilmu & kaidah-kaidah ilmiah nir mempunyai individu-individu eksternalnya, begitu pula, semua filsafat & hukum-hukumnya tidak bermanfaat. Dengan alasan ini, pembahasan "universalitas" mempunyai urgensi. - Roger Bacon (1214-1294 M) ada orang yang mendukung empirisme dan positivisme Dia melihatnya Alat pengetahuan adalah teks suci, argumen, dan eksperimen. Saran Matematika, karena berkaitan langsung dengan eksperimen, dapat diterima
- Tomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa rasionalitas dan pemikiran sangat bergantung satu sama lain indera eksternal, yaitu di atas semua indera eksternal yang berhubungan dengan kita keluar, maka konsep ini membentuk konsep imajinasi
Alasan membentuk konsep umum. Hati-hati, itu banyak Kontak dengan filsafat Islam. - William Okham (1287-1347 M) adalah orang yang dikenal sebagai penyangkal konsep universal Namun, tidak dapat dikatakan bahwa dia benar-benar melarang dan menolaknya karena dia menafsirkan yang "universal". "hubungan" antara pikiran dan objek eksternal, dan terkadang demikian juga mengacu pada "konektor" dengan nama "Konsep".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H