Lihat ke Halaman Asli

Dhiyaul badrah Azzuda

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea dan Pengaruhnya terhadap Perdamaian Dunia

Diperbarui: 13 September 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korea Utara menjadi salah satu negara yang dikenal dengan senjata nuklirnya yang kuat. Ketegangan antara negara in dengan negara yang sebelumnya menjadi bagiannya yaitu Korea Selatan meningkat sejak Korea Utara secara terang terangan makin meningkatkan kapasitas senjata nuklirnya. Nuklir menjadi ancaman yang serius untuk keamanan yang secara tidak langsung mengancam kehidupan . Meskipun nuklir merupakan sumber energi yang sangat kuat, namun ia juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar yang mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. 

Fisi nuklir pertama kali ditemukan oleh Lise Meitner, Otto Hahn, dan Fritz Strassmann pada tahun 1938. Mereka menemukan fakta bahwa ketika inti atom uranium dibelah akan menghasilkan energi besar da inilah yang menjadi inti dasar bagi teknologi senjata nuklir. Pada Perang Dunia II bom atom pertama mulai dikembangkan melalui proyek manhattan. Pada tahun 1945 diledakkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki sebagai tanda awal ancaman nuklir global. Setelah Perang Dunia II berlangsung, dimulailah perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara ini bersaing dalam perancangan senjata nuklir, hingga Uni Soviet berhasil menguji bom nuklir pertama mereka pada tahun 1949. 

Jika membahas senjata nuklir di semenanjung Korea hal ini sangat erat kaitannya dengan perang Korea. Setelah perang korea yang akhirnya memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan tepatnya (1950-1953). Korea Utara yang didukung penuh oleh Uni Soviet mulai membangun reaktor riset nuklir kecil yang dikenal dengan Reaktor Yongbyon. Hingga pada 1980-an Korea Utara meningkatkan nuklirnya dengan memperkaya uranium dan mengembangkan teknologi untuk membuat senjata nuklir yang mulai memicu kekhawatiran negara-negara lainnya. Bukan hanya Korea Utara, Korea Selatan juga sempat mengembangkan program nuklir yang ditujukan untuk perdamaian, KOrea Selatan pada 1970-an mulai membangun reaktor nuklir untuk pembangkit listrik dengan bantuan dari Amerika Serikat  dan juga negara Barat lainnya. 

Pada tahun 19994 KOrea Utara menandatangani Agreed Framework dengan AS untuk membekukan program nuklirnya dengan imbalan diberikannya bantuan energi, tak berlangsung lama kesepakatan ini hanya bertahan hingga awal 2000-an. Tahun 2006 menjadi tahun pertama keberhasilan uji coba nuklir pertama Korea Utara. Sejak saat itu Korea Utara terus mengembangkan serta memperluas kemampuan nuklirnya, Pada tahun 2013 dan 2016 dilakukan berapa tes lainnya untuk menguji kemampuan rudal balistik guna membawa hulu ledak nuklir. Sejak 2018 sudah dilakukan beberapa diplomasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat yang juga melibatkan Kim Jong Un dan Donald Trump namun belum memberikan hasil kesepakatan yang signifikan untuk denuklirisasi Korea Utara . 

Perkembangan nuklir di semenanjung Korea memiliki dampak yang signifikan untuk perdamaian dunia terutama dalam konteks keamanan regional kawasan Asia Timur. Korea Utara menjadi salah satu negara yang cukup mencolok dalam proliferasi nuklir dan ancaman yang ditimbulkannya terhadap perdamaian dunia. Ada beberapa pengaruh utama yang bisa kita lihat dalam situasi ini: 

  1. Ancaman terhadap keamanan regional (Asia Timur) 

Adanya nuklir Korea Utara secara langsung mengancam stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur, khususnya untuk negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok. Korea Selatan merasa sangat rentan. Hal ini mempengaruhi kebijakan militer beserta aliansinya dean Amerika Serikat yang menjadi semakin kuat. Jepang jua merasa terancam karena rudal Korea Utara yang sering kali melewati kawasan udara mereka, hal ini menjadikan Jepang semakin memperluas dan modernisasi kekuatan militernya. Meskipun Tiongkok juga memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara, Nuklir yang dimiliki Korea Utara ini juga menjadi kekhawatiran bagi Tiongkok, mereka tidak menginginkan terjadinya konflik di perbatasan. 

  1. Dampak pada perlombaan senjata dan proliferasi nuklir 

Adanya program nuklir Korea Utara menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perlombaan senjata di kawasan Asia Timur. Negara lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan yang sebelumnya tidak memiliki senjata nuklir bisa saja tergoda untuk mengembangkan kekuatan nuklir mereka sebagai respon terhadap ancaman dari Korea Utara, meskipun secara tidak langsung mereka di bawah penjagaan AS, namun jika tekanan dan ancaman dari Korea Utara terus meningkat, hal ini bisa saja terjadi.

  1. Destabilisasi diplomasi internasional 

Program nuklir Korea Utara telah menimbulkan tantangan besar dalam diplomasi internasional. Sudah dilakukan sejumlah diplomasi untuk menekan ini baik dalam bentuk perundingan bilateral antara AS dan Korea Utara maupun perundingan multilateral seperti Six-Party Talks yang melibatkan Korea Utara. Korea Selatan, Jepang Tiongkok Rusia, dan Amerika Serikat, Akan tetapi upaya-upaya ini cenderung gagal dan menghasilkan kesepakatan yang    tidak stabil. Korea Utara kerap menggunakan ancaman nuklir sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan bantuan ekonomi atau konsesi politik dari negara-negara besar, situasi ini memperumit hubungan internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline