ALUR NOVEL PERTEMPURAN 2 PEMANAH ARJUNA-KARNA KARYA PITOYO AMRIH
Novel Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna karya Pitoyo Amrih ini merupakan novel wayang yang berhasil menjadi novel best seller nasional pada tahun 2010. Novel ini berbahasa indonesia yang terdiri dari 426 halaman yang diterbitkan oleh DIVA Press Yogyakarta pada tahun 2010. Novel ini ditulis oleh Pitoyo Amrih yang lahir di semarang, 13 Mei 1970, meskipun memiliki latar belakang pendidikan sarjana teknik mesin dari Institut Teknologi Bandung namun ketertarikannya dalam membaca yang tinggi membuat Pitoyo Amrih untuk menuangkan pikiran dan ide-idenya dalam bentuk tulisan, yang akhirnya pada tahun 1997 Pitoyo Amrih membuat banyak artikel dengan mengangkat tema pemberdayaan diri khususnya dalam lingkup diri dan keluarga. Dan pada tahun 2006 Pitoyo Amrih mulai membuat karya tulisnya berupa buku yang mengangkat falsafah dan kearifan lokal budaya Jawa yaitu kisah dunia pewayangan.
Ada enam judul novel bertema wayang yang ditulisnya, salah satunya novel Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna yang mengangkat kisah bagaimana konflik itu berawal dan terus-menerus terjadi yang menjadikan percikan demi percikan antar saudara Pandawa dan Kurawa, bagaimana akhirnya tahta Hastinapura hanya akan jatuh pada satu pihak yang menang dalam perang, hingga bagaimana akhirnya peperangan besar Bharatayudha yaitu perang antar saudara itu harus terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi hingga perang adalah keputusan terakhir dan satu-satunya jalan bagi Pandawa dan Kurawa?
Semuanya bermula pada suatu hari, lahirlah anak laki-laki dari seorang putri Raja Mandura Prabu Basukunti yang bernama Dewi Kunti. Sebenarnya anak itu hasil hubungan terlarang antara manusia dengan dewa. Dewi Kunti yang seharusnya 'bersih' karena sebenarnya sayembara Kunti akan segera diselenggarakan, untuk itu sang ayah mengutus Resi Druwasa untuk membantu Dewi Kunti.
Atas kesaktiannya maka anak tersebut lahir dari telinga kiri Dewi Kunti, anak yang bernama Karna kelak memiliki sifat yang keras, angkuh dan sulit bergaul terpaksa harus dihanyutkan ke sungai dengan sebuah peti, bersama pusaka berupa anting-anting dan baju perak yang diberikan sang ayah Batara Surya yang diam-diam memakaikannya.
Hingga akhirnya Karna ditemukan oleh seorang kusir istana bernama Kusir Adirata, yang memutuskan untuk mengasuh Karna bersama istrinya Nyai Radha dengan sepenuh hati sampai karna tumbuh dan beranjak dewasa. Berbagai macam pertanyaan dibenak Karna tentang kemampuan memanahnya yang luar biasa tanpa ajaran dari seorang guru. Bagaimana bisa ia hanya anak dari seorang kusir kerajaan, kemampuannya bahkan tak seperti masyarakat biasa.
Sebuah Sayembara Kunti diselenggarakan untuk mencari siapakah yang pantas meminang Dewi Kunti yang cantiknya tak tertandingi. Hingga tak sengaja sebuah kecelakaan yang terjadi melibatkan seorang raja yang saat itu menonton keberlangsungan pertandingan yaitu raja Hastinapura bernama Prabu Pandu Dewanata yang akhirnya pantas untuk bersanding dengan Dewi Kunti. Dari sayembara itupun Prabu Pandu meminang Dewi Madrim anak dari raja Mandraka. Atas pernikahan itu Dewi Kunti dan Prabu pandu mempunyai anak bernama Samiaji, Bima, dan Arjuna. Dewi Madrim yang mempunyai keturunan dengan Prabu pandu yang bernama Nakula dan Sadewa yang nantinya lima anak tersebut mempunyai julukan Pandawa.
Seorang anak yang membuat siapa saja melihatnya akan takjub karena ketampananya tak tertandingi, kemampuan memanahnya luar biasa anak itu adalah Permadi yang akan kita kenal dengan nama Arjuna, sosoknya banyak digemari dan dipuja dalam dunia pewayangan, bagaimana tidak sifatnya yang baik pada siapa saja, gagah dan berani. Namun seringkali ketampanannya menjadi kelemahan bagi Arjuna, saat Arjuna berguru di banyak tempat untuk lebih melatih kemampuannya, tak jarang banyak wanita memintanya untuk dipinang, sifatnya yang tak bisa menolak membuat akhirnya Arjuna mempunyai 15 istri, istri pertamanya adalah Sumbadra anak dari Basudewa yaitu saudara kandung Dewi Kunti.
Suatu ketika saat berita bahwa Prabu Pandu dan istrinya Dewi Mandrim dicabut nyawanya akibat kecerobohan saat memburu yang salah sasaran di hutan Bajubarat, hal itu merupakan sebuah hukuman dari bangsa Dewa. Sang kaka yaitu Bhisma yang seharusnya paling berhak atas Hastinapura memutuskan untuk memanggil kakanya yang buta dan mengasingkan diri di Gajahoya yaitu Raden Destarata bersama seratus anaknya untuk sementara waktu mempimpin negeri Hastinapura didampingi oleh Bhisma, sampai Samiaji cukup dewasa untuk memerintah kerajaan Hastinapura. Para Pandawa dan Kurawa dilatih bersama oleh seorang resi kepercayaan Hastinapura yaitu Resi Durna.
Pada saat yang lain, tekadnya yang membara membuat Karna pergi dan menjadi ksatria di kerajaan Hastinapura, walau seringkali kemampuannya diremehkan karna statusnya hanya anak dari seorang kusir, namun semangatnya dan pantang menyerah walau tak ada yang mau menjadi guru Karna, ia mengambil kesempatan diam-diam melihat dan mendengar apa yang diajarkan Resi Durna pada Pandawa dan Kurawa, hingga seorang Resi Rama Bargawa menemukan Karna yang sedang berlatih di hutan menyadari bahwa Karna bukanlah anak dari orang yang sembarangan melaikan Dewa.
Akhirnya Karna dibekali pusaka sakti panah Wijayacapa, keris Kalatida dan Kyai Jalak yang nantinya pusaka tersebut akan sangat membantu Karna. Kemampuan Karna yang mampu mencuri perhatian anak Destarata, sulung Kurawa yaitu Duryudana yang perlahan-lahan mulai semakin dekat dan percaya penuh pada Karna, hingga Karna memimpin sebuah kerajaan bernama Awangga dan menjadi penentu dalam perang Bharatayudha melawan Arjuna.