Lihat ke Halaman Asli

Dhiya Turfa

Mahasiswa sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Stereotip Masyarakat Indonesia yang Tidak Sepenuhnya Benar

Diperbarui: 4 Juli 2023   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudah terbiasa di Indonesia menjalani pendidikan selama 12 tahun dari mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Setelah menyelesaikan pendidikan dan lulus dari sekolah menengah atas, para siswa/siswi berbondong-bondong mendaftarkan diri ke perguruan tinggi. Terbiasa akan hal itu masyarakat jadi mempunyai anggapan tetap bahwa siswa/siswi yang telah lulus dari sekolah menengah atas sudah sepantasnya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, hal itu tidak bisa di ganggu gugat. Karena setelah mendapat gelar sarjana anak tersebut dianggap telah menaikan derajat orang tua dan akan lebih mudah untuk menjalani kehidupan selanjutnya seperti dunia pekerjaan. Lalu bagaimana dengan siswa/siswi yang lebih memilih untuk langsung terjun ke dunia pekerjaan dibandingkan berkuliah? bagaimana pandangan masyarakat akan hal itu?

Setiap individu pasti mempunyai pendapat dan pandangan tersendiri akan suatu hal, namun seringkali orang menggiring opininya agar orang lain dapat berfikiran yang sama akan hal itu. Seperti hal nya dengan orang yang lebih memilih untuk melanjutkan bekerja setelah lulus sekolah mengengah atas dibandingkan dengan berkuliah di pandang remeh, berpendidikan kurang, dan memalukan padahal berkuliah bukanlah tolak ukur untuk seseorang bisa sukses, dan yang langsung bekerja juga tidak bisa dikatakan tidak sukses atau tidak berhasil. Stereotip masyarakat inilah yang dibilang tak sepenuhnya benar.

Mungkin akan ada banyak sekali faktor-faktor yang dapat mendorong seseorang untuk lebih memilih melanjutkan bekerja dibandingkan berkuliah, seperti ketertarikannya serta minat yang tidak ada di perkuliahan dan dana yang belum mencukupi, jika diberikan dengan dua pilihan memaksakan untuk lanjut kuliah dengan memberatkan orang tua dengan berbagai kemungkinan dana yang akan terus bertambah belum lagi jika universitas pilihan jauh dan mengharuskan untuk tinggal berpisah dengan orang tua, maka akan ada kebutuhan-kebutuhan diluar biaya kuliah, atau memilih untuk bekerja mendapatkan gaji dan uang tambahan agar sedikit demi sedikit bisa membantu orang tua dan menutupi biaya hidup yang sebelumnya belum terpenuhi.

Sebenarnya hingga saat ini sudah menjadi rahasia umum jika banyak mahasiswa yang bilang bahwa mereka berkuliah bukan atas kemauannya tersendiri tapi berdasarkan tuntutan dari orang tua atau lingkungan keluarga yang terbiasa mendidik anak-anaknya setelah lulus SMA maka harus melanjutkannya ke perguruan tinggi, memilih jurusan yang sebenarnya tidak diminati diri sendiri hanya mengikuti kemauan orang tua yang nantinya akan menjadi beban untuk sendiri dan menjalaninya terasa sulit, ataupun memilih jurusan yang tidak banyak diminati orang, kasarnya "sepi peminat" agar peluang masuk ke perguruan tinggi lebih besar karena di selimuti rasa gengsi jika tidak berkuliah.

Pandangan masyarakat yang menganggap jika berkuliah itu nantinya akan mendapat pekerjaan dengan mudah, namun pada kenyataannya hal itu tergantung lagi pada kemampuan yang kita punya, keahlian yang kita kuasai, potensi apa yang bisa kita berikan, kualitas diri dalam bekerja, profesionalitas dan masih banyak lagi yang mungkin di dunia perkuliahan itu sudah di ajarkan, cara bersikap yang benar, melatih dan mengembangkan potensi yang kita punya banyak sekali ilmu yang bisa kita dapatkan jika kita menerapkannya pada diri kita lalu mempraktikan nya di kehidupan sehari-hari pasti membawa banyak manfaat yang tidak ada habis-habis nya.

Banyak orang-orang yang terbukti sukses setelah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi memperlihatkan etika yang berpendidikan dan pemikiran yang kritis, namun tidak sedikit juga orang yang menuntut pendidikan bertahun-tahun lamanya namun sikap dan prilaku yang dimiliki sama sekali tidak mencerminkan seperti orang yang berpendidikan, maka dari itu sebenarnya ilmu bisa kita dapatkan dimana saja, banyak hal yang bisa kita pelajari di lingkungan sekitar, di tempat tinggal, pertemanan serta pergaulan yang memengaruhi gaya bicara, gaya berpakaian dan sikap serta perilaku seseorang. Ilmu tentu akan berguna dan mempunyai banyak manfaat jika seseorang bisa menggunakannya dengan sangat baik.

Seseorang yang memutuskan untuk langsung bekerja dibandingkan kuliah tidak bisa dianggap remeh, mereka justru mencoba lebih mengasah kemampuan yang mereka punya, mereka tau apa yang mereka inginkan, satu hal yang terpenting mereka telah jujur pada diri sendiri, bekerja sesuai minat dan ketertarikannya, tanpa paksaan. Mereka bisa saja berfikir dan berniat jika suatu saat nanti akan tetap berkuliah, karena berkuliah sifatnya fleksibel, siapa saja dan kapan saja tanpa membatasi usia. Kebanyakan dari mereka sampai tidak percaya diri, menganggap dirinya bukanlah apa-apa, merasa gagal karena tidak bisa berkuliah, padahal sama sekali tidak ada yang salah akan hal itu, tidak ada yang dirugikan dari itu.

Hingga saat ini banyak juga orang yang terbukti sukses meskipun tanpa berkuliah. Pilihan yang kita ambil sekarang, posisi kita sekarang tidak membuat kita bisa menganggap remeh pilihan dan posisi orang lain. Baik yang berkuliah maupun bekerja pasti ada masa sulit dan masa suksesnya masing-masing dengan jalan masing-masing. Semua orang akan sukses dengan jalan yang berbeda-beda, jika satu jalan baik untuk orang lain belum tentu baik untuk kita. Berkuliah memang bukan penentu kesuksesan seseorang, namun tetap penting. Jadi semuanya hanya ada di perbedaan waktu.

Harapannya semoga masyarakat bisa merubah pandangan mereka akan hal ini, karena di zaman yang sudah secanggih dan sehebat ini orang bisa mendapatkan kerja dari mana saja dan dengan berbagai cara. Karena jika kita ingin mencapai kesuksesan tentu harus melewati berbagai prosesnya dahulu, banyak hal yang perlu di korbankan. Sebagai sesama manusia kita cukup mendukung, menghormati dan tidak memandang rendah pilihan atau jalan yang orang lain ambil. Mengembalikan kepercayaan diri mereka yang sebelumnya jatuh karena sudut pandang kebanyakan masyarakat terhadapnya, orang-orang yang berani mengambil keputusan, jalan hidup yang akan mereka lewati. Kita adalah makhluk sosial, kita hidup berdampingan dan saling membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline