Dhiya Fauziyyah atau akrab dipanggil dengan Pau Pau adalah seorang mahasiswi Unisba yang aktif dan termotivasi. Sedari kecil, ia sudah memiliki minat kuat dalam interaksi dengan orang lain. Ini membuatnya memiliki kepribadian yang ramah dan mudah bersosialisasi. Dia mulai mengikuti beberapa kegiatan atau komunitas kecil di bandung saat masa pendidikan, dia menjabat sebagai ketua osis SMA periode 2021-2022, wakil ketua angkatan extrenity, mengikuti komunitas FOJB (Kota Bandung) dan ketua pelaksana kegiatan external sekolah CROWN 3.0 dan masih banyak lagi extrakurikuler lainnya. Selain itu, ia juga diasah untuk memiliki semangat kerja keras sejak awal. Ketika masih kecil, ibunya sering mengajarkannya pentingnya berusaha meskipun skala kecil, seperti berdagang atau bekerja sebagai kasir di sebuah toko. Melalui pelajaran-pelajaran ini, Pau pau belajar mandiri dan berani melepaskan ketergantungan pada orang lain.
Setelah dewasa, Pau pau mulai mengembangkan bakatnya dalam bidang komunikasi menjadi suatu usaha yang produktif. Awalnya, ia memulai dengan berjualan barang-barang bekas melalui thrift store miliknya. Lewat usaha ini, ia berhasil menghasilkan uang tambahan yang signifikan. Semakin berkembang usahanya, Pau pau makin sadar betapa pentingnya komunikasi efektif dalam bisnis. Ia belajar cara menghubungi konsumennya, meningkatkan reputasi merek, dan membangun relasi positif dengan pelanggan.
Melalui pengalaman-pengalaman ini, Pau pau tidak hanya maju dalam karier profesionalnya tetapi juga meningkatkan kemampuan sosialisasinya. Ia menjadi contoh inspiratif bagi teman-temannya di universitas tentang bagaimana mengubah mimpi menjadi kenyataan melalui dedikasi dan kerja keras
Dhiya membuka Toko Dhiya pada 24 Maret 2022, di saat tren thrift shop sedang berkembang pesat. Momen ini memberikan peluang yang tepat bagi Dhiya untuk memanfaatkan popularitas thrift shops yang menarik perhatian masyarakat luas. Dengan modal awal sekitar Rp 5 juta, ia memulai usahanya dengan menyortir barang-barang di Toko Gedebage Bandung. Langkah ini bukan hanya menghemat biaya operasional, tetapi juga memberinya kesempatan untuk memilih koleksi yang berkualitas dan menarik bagi pelanggan.Tujuan utama Dhiya dalam membuka thrift shop ini adalah untuk mengisi waktu sambil menunggu masuk kuliah. Namun, ambisinya tidak berhenti di situ; ia ingin menciptakan pengalaman bisnis yang signifikan dan mandiri secara finansial. Usaha thrift shop ini menjadi lebih dari sekadar proyek sampingan, melainkan juga sebuah peluang emansipatoris yang memberdayakan Dhiya untuk mengejar impian dan aspirasi pribadinya.Barang-barang yang dijual oleh Dhiya berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 180.000, menawarkan nilai tambah yang nyata bagi setiap item yang dimiliki. Dengan harga yang terjangkau, Dhiya berhasil menarik perhatian konsumen yang mencari fashion unik tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Hal ini menjadikan Toko Dhiya sebagai pilihan menarik bagi pelanggan yang ingin tampil stylish dengan anggaran terbatas.Strategi pemasaran Dhiya berfokus pada penggunaan platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Shopee. Melalui platform-platform ini, ia berhasil menargetkan audiens yang tepat---remaja dan dewasa muda yang gemar fashion murah dan unik. Konten variatif yang ia sajikan, termasuk foto produk, agenda acara, dan promo spesial, semakin meningkatkan popularitas akun Toko Dhiya dan membantu meningkatkan penjualannya secara signifikan.
Dhiya Fauzyah Ulya, selain menjalankan bisnis thrift shop, juga aktif di TikTok sejak 9 November 2022, di mana ia menemukan cara baru untuk menghasilkan uang. Melalui platform ini, Dhiya memanfaatkan fitur live streaming dan endorsement untuk mendapatkan penghasilan. Meskipun awalnya berfokus pada thrift shop, ia memutuskan untuk beralih ke TikTok karena jadwal kuliah yang bentrok dan keinginan untuk mencari cara yang lebih sederhana dan efisien dalam menghasilkan uang. Dengan mengandalkan live streaming, Dhiya dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan meraih keuntungan tanpa banyak kerumitan.
Salah satu metode utama Dhiya dalam menghasilkan uang di TikTok adalah melalui hadiah yang diterima saat live streaming. Ia mampu menarik perhatian hingga 2.500 penonton dalam satu sesi, yang memberikan peluang besar untuk mendapatkan gift dari penggemar. Dengan menghabiskan waktu seharian melakukan live streaming, Dhiya mengklaim bisa menghasilkan hingga Rp 1,3 juta per hari. Pendapatnya adalah bahwa metode ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjual barang thrift, karena ia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan waktu untuk menjalankan usaha tersebut.
Dhiya merasakan bahwa mencari uang melalui TikTok lebih menyenangkan dan menguntungkan dibandingkan dengan menjalankan thrift shop. Selain pendapatan dari live streaming, ia juga mendapatkan tawaran endorsement dari berbagai produk, termasuk skincare. Tawaran-tawaran ini memberikan tambahan penghasilan yang signifikan dan membuatnya semakin percaya diri dalam menjalani karier di dunia digital. Dengan berbagai peluang yang ada di TikTok, Dhiya merasa bahwa platform ini lebih sesuai dengan gaya hidup dan tujuannya saat ini.Keputusan Dhiya untuk beralih ke TikTok juga didorong oleh kemudahan dalam menjangkau audiens yang lebih luas tanpa batasan lokasi fisik seperti pada thrift shop. Ia dapat berinteraksi langsung dengan penggemar dan membangun komunitas yang loyal melalui konten-konten kreatif yang ia sajikan. Hal ini tidak hanya meningkatkan visibilitasnya tetapi juga memperkuat hubungan dengan pengikutnya, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap peluang endorsement dan kolaborasi di masa depan.
Dengan pengalaman yang diperolehnya dari kedua usaha tersebut, Dhiya kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dinamika bisnis online. Ia menyadari pentingnya adaptasi terhadap perubahan tren dan kebutuhan pasar. Melalui TikTok, Dhiya tidak hanya menemukan cara baru untuk menghasilkan uang tetapi juga kesempatan untuk berkembang secara pribadi dan profesional dalam industri kreatif yang terus berkembang pesat.
Kekurangan Mencari Cuan Di Tiktok