Lihat ke Halaman Asli

dhivazahrafadilla

Mahasiswa Universitas Andalas

Kesetaraan Gender: Transformasi yang Berkelanjutan

Diperbarui: 17 Desember 2024   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.pexels.com

Kesetaraan gender adalah bagian penting dari pembangunan masyarakat yang berkeadilan, bukan hanya masalah akademis atau undang-undang. Gender harus dilihat sebagai spektrum kemampuan, bukan sebagai sekat yang membatasi potensi diri seseorang. Realitas sosial kita sebenarnya sangat jauh dari kata ideal. Diskriminasi gender masih banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan, ini termasuk pada kesenjangan pendapatan, kurangnya akses pendidikan, dan kurangnya perwakilan perempuan di posisi strategis pengambilan keputusan.

Pendidikan adalah jalan utama untuk menuju kesetaraan. Investasi dalam pendidikan perempuan bukan sekadar memberikan hak kepada orang-orang, tetapi juga membangun dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan. Data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan lebih baik untuk kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Meskipun demikian, kesetaraan gender bukan berarti menang dalam persaingan antara laki-laki dan perempuan. Ini adalah upaya untuk membuat ruang yang adil di mana setiap orang dapat mengekspresikan potensi diri mereka tanpa dibatasi oleh stereotip dan konstruksi sosial yang diskriminatif.

Semua orang harus terlibat dalam transformasi sosial. Laki-laki tidak boleh hanya mengamati, tetapi juga harus berpartisipasi secara aktif dalam memperjuangkan kesetaraan. Perubahan perspektif, kebijakan afirmatif, dan kepemimpinan inklusif menjadi kunci utama. Budaya patriarki yang masih kuat merupakan hambatan terbesar dalam penegakan kesetaraan gender.

Contoh mudahnya seperti bagaimana yang sering kita jumpai dalam lingkungan kecil seperti keluarga. Tak jarang banyak keluarga yang terlalu mengagungkan derajat anak laki laki dibanding anak perempuan. Seperti bagaimana banyak keluarga yang melarang anak perempuannya sekolah tinggi tinggi karena mereka berpikir bahwa derajat perempuan nantinya akan berada di dapur dan mengurus suami ketika sudah menikah. Sedangkan untuk anak laki laki mereka justru mendorong anaknya agar sekolah tinggi tinggi agar mendapatkan pekerjaan yang terbaik dan mapan.

Sangat terlihat perbedaannya bukan? dimana anak perempuan tak jarang dituntut agar mengubur mimpi mereka karena budaya patriarki, sedangkan anak lelaki dilepaskan agar memiliki hidup yang layak. Kenapa salah satunya harus mengalah disaat keduanya bisa dilakukan? Struktur sosial yang ketat inilah yang mendikotomikan peran gender harus diuraikan dan diubah. Setiap orang berhak untuk memilih jalan hidup mereka sendiri tanpa terpengaruh oleh norma-norma.

Teknologi dan media sosial berperan strategis dalam mendorong kesetaraan. Platform online memungkinkan orang berbicara satu sama lain, berbagi pandangan baru, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender.

Pada akhirnya, kesetaraan gender adalah masalah kemanusiaan, bukan hanya masalah perempuan. Ini adalah investasi dalam peradaban yang bertujuan untuk mengubah masyarakat menjadi lebih adil, produktif, dan bermartabat. Saatnya kita bertindak, bukan hanya berbicara tentang kesetaraan. Setiap langkah kecil menuju kesetaraan merupakan revolusi besar yang membawa perubahan besar dalam struktur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline