Lihat ke Halaman Asli

Dhira Fauzan Indramala

Saya Dhira Fauzan, saya adalah mahasiswa unikom jurusan ilmu komunikasi semester 5

Perjuangan Sosok Erna Membangun Kehidupan Dari Bejualan Nasi Kuning

Diperbarui: 17 Januari 2024   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi Rumah Erna, (Dokumentasi Pribadi 14/01/2024) 

Erna, seorang wanita paruh baya yang menjual nasi kuning di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, menjalani hari-harinya dengan penuh dedikasi. Sejak subuh hingga siang hari, dia berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mendukung kedua anaknya. Hidupnya menjadi lebih berat setelah suaminya meninggalkannya tanpa jejak. Erna, kini seorang janda, memutuskan untuk tidak menyerah pada keadaan.

Rumahnya hanya sebatas kayu saja, dengan banyak nya tambalan-tambalan untuk menutupi rumahnya seperti karung, triplek. Semua itu ia lalukan hanya untuk membuat rumahnya tetap hangat dan tidak kedinginan. Kayu yang rapuh, dan berkelupas. Rumah yang tidak layak ditempati ini terpaksa Erna dan keluarga tinggali karena mereka tidak ada pilihan lain untuk mencari sekedar kontrakan atau rumah yang lebih layak karena masalah finansial yang terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara penulis, Ibu Erna menyebutkan nominal kisaran sekitar 30-50rb per hari nya. “Kalau, ngomongin untung saya biasanya cuman dapat 30 ribu sampai 50 ribu per hari. tapi saya kan jualan gorengan juga, nah kalau itu saya cuman untung di minyaknya aja. Tapi seringnya kalau gorengan banyak yang sisa, jadi saya kadang kasih ke tetangga” Ujar Ibu Erna.

Input sumber gambar

Dengan demikian, dapat dikatakan Ibu Erna mendapatkan untung sangat sedikit atau bahkan seringkali merugi. Karena banyaknya jualan yang tersisa seperti gorengan. “Tapi, alhamdulillah kalau nasi kuning selalu habis. Jadi saya ketutup untungnya disitu.” Ujar Ibu Erna. Dia juga menyebut kalau berjualan nasi kuning dari pukul 5 pagi hingga jam 2 siang. “Saya kalau buka dari jam 5 subuh sampai jam 2 siang. Bisa kadang setengah 2 atau pas jam  ngga nentu.”

Meski hasil penjualannya tidak seberapa, Ibu Erna tetap gigih. Dia menjual nasi kuning dengan penuh semangat, berusaha memberikan kehangatan dalam setiap hidangan yang dijualnya. Kedua anaknya menjadi motivasi utama Erna untuk terus melangkah. Meskipun sendirian, dia berusaha menjadi ibu dan ayah yang tangguh.

Ibu Erna menambahkan, “Saya ada 2 anak, yang paling besar cewe kelas 2 SMA yang satu lagi cowo masih kecil SD kelas 4.”

“Untungnya, kalau anak-anak mengerti. Mereka ngga pernah minta apa-apa atau nuntut pengen dibeliin apa. kan biasanya kalau anak suka pengen diturutin kemauan nya.”

Ketika biaya sekolah anak-anaknya meningkat, Erna tak gentar. Dia rela banting tulang hanya demi menjajakan harapannya agar masa depan anak-anaknya lebih cerah. Lampu remang-remang di warungnya menjadi saksi bisu perjuangannya yang tak pernah pudar. Erna bukan hanya seorang penjual nasi kuning, dia adalah pejuang yang menafsirkan arti sejati dari kehidupan.

Ibu Erna juga menuturkan harapannya, “Harapan saya semoga jualan selalu laris, anak-anak diberi kesehatan dan keselamatan. Menjadi anak yang sukses dan taat beribadah. Saya selalu mendoakan yang terbaik buat saya dan anak-anak.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline