Lihat ke Halaman Asli

Cari Lift, Salah Satu Tolak Doorstop?

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13476714091335364458

Saat perjalanan pulang jalan-jalan dengan Angga kemarin, aku banyak mengobrol tentang kerjaannya hari itu. Angga seorang wartawan ekonomi di salah satu media massa di Jakarta. Obrolan kita mulai dari tadi dia liputan apa sampai cerita-cerita lucu wartawan lainnya. Ada satu obrolan yang menurutku menarik dengannya, cerita tentang narasumber.

Tidak semua narasumber pada berbagai kesempatan mau diwawancarai doorstop. Mungkin karena pertanyaan yang dilontarkan ekstrim atau terlalu ramai atau malu atau bingung atau takut salah. Banyak pilihan alasan pastinya dan banyak gaya pilihan narasumber dalam menghadapi wawancara doorstop. Sebelum lanjut mengenai gayanya, apa sih doorstop?

Bahasa mudahnya aku, doorstop itu mewawancarai narasumber saat itu juga saat narsum sedang tidak ada kegiatan berarti. Atau disebut wawancara dadakan. Misalnya kita ada di salah satu seminar tentang krisis BBM, hadir dalam seminar itu adalah Menteri ESDM, Jero Wacik. Saat seminar berakhir, pak menteri pastinya beranjak dari tempat duduknya, saat itulah para wartawan mengerubunginya untuk meminta beberapa keterangan yang lebih dalam mengenai paparan pak Jero atau jawaban dari isu yang sedang berkembang saat itu. Nah kegiatan wartawan yang tiba-tiba mengerubungi Pak menteri adalah doorstop. Kalau di TV kita biasa melihat dalam suatu acara berita apa pun, ada narsum yang dikerubungi banyak wartawan kamera dan mic tiap stasiun TV, itu juga doorstop.

[caption id="attachment_212465" align="aligncenter" width="300" caption="Lagi wawancara. Sumber: dok.pribadi"][/caption]

Lalu bagaimana gaya narsum mengahadapi doorstop?

1. Ada janji.

Saat wartawan sedang asik-asik bertanya dan sudah menyelesaikan pertanyaannya kepada narsum serta menunggu jawaban, narsum menjawabnya, "maaf ya, bukannya saya gamau jawab, tapi jam 1 (saat itu jam setengah 1)  saya sudah ada janji. Maaf yah. Saya harus buru2. yah?". Wartawan menjawab lagi, "oke pak." 15 menit kemudian ternyata narsum masih ngobrol dengan panitia di tempat tersebut.

2. Liftnya mana yah?

Wartawan sedang mengerubungi narsum, sudah melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan narsum berbicara  dengan wartawan sambil jalan terburu-buru, "Tadi saya lewat sini loh, tapi bingung ko ga ketemu liftnya. Liftnya mana yah?" Wartawan tetap mengerubungi dengan melontarkan pertanyaan yang sama. Narsum itu pun menjawabnya lagi, "Nah, ini dia liftnya. Terima kasih ya." Dan narsum pun sukses masuk lift.

3. Nanti yah (karena lapar?)

Sedang berada di suatu seminar, acara inti sudah berakir waktunya acara makan-makan. Saat acara inti berakir, biasanya wartawan akan mengerubungi narsum untuk meminta keterangan lebih dalam. Wartawan sudah bertanya panjang lebar, narsum pun menjawab, "nanti saja ya mas dan mbak. Nanti saya jawab ko, tenang saja. Tapi nanti yah." Wartawan pun mengatakan, "baik Pak".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline