Beberapa orang kini telah mengalami kesulitan ekonomi, salah satu contohnya adalah pak Sustrisno yang sudah kami wawancarai. Lalu, apakah kita bisa mengatasinya? bagaimana langkah kita dalam membantu? apakah hal kecil dapat meringankan beban mereka? Mari kita simak hasil wawancara dibawah ini.
Sustrisno, seorang pria berusia 50 tahun yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan pengalaman sebagai kuli bangunan selama bertahun-tahun, Sustrisno kini mulai menekuni pekerjaan baru sebagai tukang becak. Pekerjaan ini baru digelutinya selama dua minggu, namun ia mengakui bahwa pendapatannya tidak menentu.
Sustrisno bercerita, "Biasanya, saya bekerja sebagai kuli bangunan. Tapi kalau tidak ada panggilan, saya akan menjadi tukang becak. Pendapatannya memang tidak pasti, kadang bisa banyak, kadang sedikit. Saya mulai bekerja dari jam 11 siang sampai 6 sore." Sebagai seorang ayah, Sustrisno memiliki lima anak, empat di antaranya sudah berkeluarga dan satu anak bungsunya masih tinggal bersamanya. Meskipun hidup penuh tantangan, ia tetap berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
Berdasarkan kisah di atas, dapat kita ambil kesimpulannya bahwa kita sebagai manusia harus saling menolong dan berbagi kebaikan. Hal sekecil apapun mungkin dapat meringankan urusan mereka, contohnya adalah Berbagi makanan. Sedekah makanan disebut sebagai sedekah terbaik dan bisa menjadi sedekah jariyah. Berbagi makanan juga merupakan salah satu bentuk tolong menolong dan kebaikan kita sebagai umat muslim. Seperti kutipan quran surah al hajj ayat 28:
فَكُلُوا۟ مِنْهَا وَأَطْعِمُوا۟ ٱلْبَآئِسَ ٱلْفَقِيرَ
artinya: "..Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir."
Dimana pada ayat tersebut kita perintahkan untuk makanlah apa yang kita miliki sebagai bentuk rasa bersyukur dan berbagi lah makanan untuk orang-orang yang sengsara dan fakir sebagai bentuk rasa peduli. Selain kepada kedua itu, kita dapat merasakan perasaan gembira itu bersama supaya kita mengerti apa arti bersyukur.
Artikel ini ditulis oleh: Khifereel Salwa, Ikhtibar Nissa, Reisya Adjani Fahira, Dinda Ayu Maharani, Dhini Deshinta Aryani, Naisya Azka Kamila Hidayat, Rohmawati
Jurusan: Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa