Sudah menjadi hal umum bahwa negara-negara bagain Timur identik dengan wilayah konflik seperti Persia-Romawi, Perang Salib, Israel-Palestina. hal ini dilatar belakangi oleh masyarakat wilayah timur yang heterogen dan etnosentris yang kuat, sehingga menimbulkan diskriminasi dan intoleransi terhadap suku, agama, ataupun ras lain. kebencian terhadap perbedaan di antara suatu kelompok menjadikan hal tersebut sebagai acuan logis dalam menjalankan perbuatan tersebut, seperti perbedaan dominasi agama yang ada di suatu wilayah atau pemimpin kekuasaan yang absolut dan hampir mutlak di beberapa negara timur. Akibatnya, perubahan kemajuan dan kebebasan berpendapat menjadi terhambat, oleh sebab itu upaya perdamaian di wilayah ini cukup membutuhka waktu yang cukup lama.
Seperti halnya yang terjadi di tahun 2024 ini, konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel memberikan perhatian bagi masyarakat khususnya di media sosial setelah Israel mengirimkan serangan rudal dan drone di komplek kedaulatan Iran di Damaskus 1 April 2024. Peristiwa tersebut menewaska 7 Pewira Militer Iran, termasuk satu jenderal senior. oleh sebab itu pada tanggal 13-14 April Iran membalas serangan tersebut ke wilayah Israel.
Adanya permasalah kedua negara yang sangat memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah terutama pada minyak mentah, konflik tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian global. Salah satunya ialah kenaikan harga pada minyak mentah, hal tersebut menjadi ancaman pada harga minyak mentah dunia yang akan mengancam inflasi. Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia, sementara israel memiliki cadangan minyak yang melimpah, sehinggal hal tersebut yang menghambat pasokan minyak global. Berdasarkan data Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Iran merupakan produsen minyak besar dalam skala global. OPEC mencatat, sepanjang 2022 Iran mampu memproduksi minyak mentah sekitar 2,55 juta barel per hari. Angka tersebut setara 3,5 persen dari total produksi minyak global, menjadikan Iran sebagai negara penghasil minyak terbesar ke-9 di dunia.
Adanya penghambatan pada pemasok minyak global memebrikan dampak inflasi pada dalam negeri, terutama pada sektor industri dan transportasi yang bergantung pada bahan bakar minyak. kenaikan harga yang menyesuaikan pasar global memberikan penurunan pada daya beli masyarakat lokal hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam laporan World Economic Outlook pada April 2024, IMF telah merevisi ke atas proyeksi inflasi global pada tahun 2024 menjadi 5,9 persen, lebih tinggi 0,1 persen poin dari perkiraan sebelumnya di Januari 2024 sebesar 5,8 persen. Lonjakan harga minyak akibat konflik Iran-Israel berpotensi mendorong revisi inflasi global lebih lanjut. Hal ini selanjutnya akan berimplikasi pada suku bunga yang lebih tinggi.
Selanjutnya konflik ini berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah sebagai dampak dari ketidakpastian global dan kebijakan suku bunga tinggi The Fed. Pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak negatif dikarenakan masih besarnya ketergantungan bahan baku prouksi impor oleh para pelaku ekonomi domestic yang dapat menyebabkan kenaikan harga barang produksi sekaligus turunnya daya beli masyarakat. Keempat, keluarnya investasi asing dari Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H