Lihat ke Halaman Asli

Menghadapi Gejolak Strategi Adaptasi Pendapatan INTAKO Tanggulangin di Era Pasca Pandemi COVID-19

Diperbarui: 26 November 2023   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Intako, singkatan dari Industri Tas dan Koper, bermula sekitar tahun 1939 dan telah menjadi salah satu inisiasi industri kerajinan kulit terkemuka di kecamatan Tanggulangin. Wilayah ini dikenal sebagai pusat produksi berbagai produk kulit, termasuk tas, dompet, sepatu, sandal, jaket, dan ikat pinggang. Pertumbuhan industri pengolahan kulit di kecamatan Tanggulangin mengalami perkembangan yang pesat, mengakibatkan pendirian Koperasi Intako pada tahun 1976 dengan anggota awal sebanyak 27 orang. Adanya koperasi ini bertujuan untuk menyediakan peminjaman modal, memfasilitasi pertukaran informasi antar perajin, dan menjadi penghubung dengan pemerintah.

Dalam perjalanannya, koperasi tersebut terus mengalami perkembangan pesat dengan jumlah anggota yang kini mencapai 354 perajin UKM, serta memiliki aset sekitar Rp 10 miliar. Produk Tanggulangin yang dihasilkan oleh koperasi ini telah berhasil membangun reputasi dengan brand dan kualitas yang sangat baik, yang telah diakui oleh konsumen. Industri INTAKO menjadi salah satu industri yang sangat terkenal, sering dikunjungi oleh orang-orang luar dan wisatawan yang melakukan berbagai pembelian atau memenuhi permintaan dari beberapa suplier di berbagai kota. Keberhasilan koperasi ini menciptakan dampak positif, tidak hanya bagi anggotanya tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi di wilayah Tanggulangin secara keseluruhan.

Namun awal tahun 2020, dunia dikejutkan oleh merebaknya pandemi COVID-19, sebuah virus yang berasal dari Cina dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkan  oleh penyebaran virus ini tidak dapat dihindari, terutama berdampak pada perekonomian Indonesia. Industri Tas dan Koper di Tanggulangin turut merasakan dampaknya yang masih terasa hingga saat ini, setelah fase pasca COVID-19 yang ditandai dengan penurunan drastis pengunjung akibat pandemi. 

Dampak yang dirasakan oleh Kooperasi INTAKO sebagai produsen di sektor ini mengalami penurunan omset pendapatan yang signifikan, menciptakan kecemasan dalam menjaga kelangsungan usaha. Selama periode pandemi, penghasilan produsen INTAKO menyusut drastis dari kisaran Rp.1.000.000-Rp.1.500.000 menjadi hanya sekitar Rp.300.000-Rp.500.000. Angka ini jauh di bawah Upah Minimum Kota (UMK) Sidoarjo yang mencapai Rp.3.270.000,00, menciptakan tantangan serius bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat industri di Tanggulangin.

Dalam menghadapi sebuah permasalaham yang mungkin akan merusak citra industri tas dan koper, produsen tidak menyerah begitu saja. Mereka sadar bahwa keberlanjutan usaha memerlukan adaptasi terhadap perkembangan zaman. 

Pandemi memaksa adanya perubahan  pada masyarakat dalam cara berbisnis, dengan banyak transaksi dipindahkan ke platform online. Sebagai respons terhadap perubahan ini, Intako aktif memanfaatkan potensi penjualan online melalui marketplace, termasuk melalui akun instagram resmi mereka dengan nama @koperasi.intako. Meskipun hasilnya belum optimal dalam mengembalikan stabilitas pendapatan, produsen tetap fokus pada peningkatan kuantitas dan kualitas produksi. Penulis menyarakan untuk meningkatkan kualitas promosi dengan fokus pada foto dan desain pada akun instagram. Selain itu, pemanfaatan pabrik jasa bordir dianggap sebagai peluang untuk meningkatkan pendapatan. Dengan terus berupaya meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan sumber daya, diharapkan  Intako dapat kembali meraih kejayaan dengan produk berkualitas yang membanggakan, menjaga keberlanjutan industri tas dan koper di Tanggulangin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline