Lihat ke Halaman Asli

Dhimas Raditya Lustiono

Senang Belajar Menulis

Tulisan Tanganmu Jelek, Mampir Sini Kita Tertawa Bersama

Diperbarui: 7 Juni 2020   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tulisan tangan saya yang aduhai di mata teman-teman | dokpri

Tulisan Tanganmu Jelek? Mampir Sini Kita Tertawa Bersama.

Kapan kita mulai belajar menulis? SD, TK atau bahkan sampai SMP?

Oke tak perlu dijawab, jawab dalam hati saja sebagai bahan pemikiran.

Tulisan tangan diklaim sebagai representasi dari sebuah karakter manusia. Kalau tulisan tangannya bagus kelakuannya bagus, kalau tulisan tangannya jelek berarti kelakuannya lebih bagus lagi. Tapi sekali lagi itu masih anggapan saja. Toh saya masih sering menemui masyarakat yang tidak bisa menulis tapi ramaaaah pol. Biasanya yang seperti itu adalah mereka yang buta huruf apalagi yang sekolahnya cuma lulusan SR (Sekolah Rakyat).

Lantas siapa di sini yang merasa tulisan tangannya jelek? Atau mungkin siapa yang pernah mendapatkan hinaan dari teman-teman karena tulisannya jelek? Atau yang lebih parah siapa yang pernah mendapatkan ancaman akan suramnya masa depan karena jeleknya tulisan tangan?

"Nulis wae ora iso, arep dadi opo?" [1] Mungkin seperti itu kalimatnya.

Yuk mari kumpul, kita bikin paguyuban aja yuk? atau kita bikin komunitas, mungkin bisa kita kasih nama komunitas penyintas Bad Hand Lettering Shaming. Dalam komunitas tersebut kita tertawa bareng -- bareng dan saling menuliskan tulisan tangan yang paling jelek. Tulisan yang paling banyak jeleknya, maka dia akan menjadi koordinator utama komunitas ini.

Sebentar saya ketawa dulu "ha ha ha."

Oke lanjut lagi, sampai disini saya ingin cerita mengenai riwayat tulisan tangan saya yang sangat mustahil untuk mendapatkan predikat bagus. Sebagai anak dari seorang Guru SD tentu menjadi sesuatu yang cukup memalukan jika anak seorang guru SD memiliki tulisan tangan yang jelek

Alkisah perjalanan tulisan tangan saya dimulai dari saat saya masih SD, kala itu saya masuk SD pada umur 6 tahun yang katanya sih masih terlalu dini untuk masuk SD. Alhasil saya selalu terlambat dalam mengikuti pelajaran, pernah suatu ketika para siswa diminta untuk menyalin tulisan di papan tulis pada jam akhir, hasilnya sayalah yang paling terakhir keluar dari kelas, ternyata sayalah murid yang paling lamban dalam hal menulis, oh tidak.

Selama saya duduk di bangku SD, tak jarang para guru mengatakan bahwa tulisan saya seperti cakar ayam, kecambah dan berbagai perumpamaan lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline