Lihat ke Halaman Asli

attu

seorang manusia

Cerpen | Kejutan Akhir Tahun

Diperbarui: 28 Desember 2018   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: sayap-imaji

 "harga kita sudah naik Pak! Paling murah 3,4 miliar untuk ukuran 70 meter."

"loh,, bukannya minggu lalu cuma 1 miliar, kok sekarang naik gede banget mas."

"iya, Pak! Yang kemarin tahap 1 sudah sould out."

"wah,, sayang banget, padahal saya berniat mau ambil 3 unit sekaligus, loh mas."

"kalau gitu ambil yang ini aja pak, lebih bagus, lebih besar, viewnya langsung laut. Lebih baik ambil sekarang. Takutnya kalau nanti-nanti keburu kehabisan."

"atau Bapak bisa langsung datang ke kantor kami untuk memilih unit yang ready."

Percakapan telepon kliwon, seorang marketing senior perumahan bergengsi di negeri teluk menarik perhatian orang se-kantor. Nada bicaranya lembut, bersahaja dan sangat santun sekali. Kliwon bicara sesuai prosedur penjualan. Kata-katanya harum berlumur bumbu. Otaknya terus diputar untuk menghindari diksi-diksi yang lemah dan tak memikat.

Kliwon terus berceloteh meyakinkan calon pelangannya. 15 menit pertama, 15 menit kedua, sampai 15 menit ke tiga. Tak kerasa satu babak pertandingan kliwon telah berbicara. Rupanya kliwon selain pandai jualan, juga tukang cerita. Tapi ceritanya selalu spesifik, dongeng-dongeng seputaran negeri teluk yang sangat indah. Elok dan natur. Yang bilamana hujan tidak terlalu kerasa, yang bilamana terik juga tidak kentara. Negeri teluk, sebuah surga yang mahal.

"bagaimana pak, apa cukup jelas penjelasan saya." Ujar kliwon, sebelum bicaranya berhenti pada titik.

"anu mas,, anu, saya denger di sana sudah mulai macet ya?" Calon pelanggan mengajukan pertanyaan pertama."

Dalam hati si kliwon begumam,"astaga nih orang, udeh 45 menit gue ngomong panjang lebar, ngak di dengerin apa, jangan-jangan dia ngak nyimak." Kliwon mengambil nafas sambil mengelus dada. Di atas meja cokelat muda yang penuh dengan list-list promo terbaru, sebuah pesawat telepon warna putih bening terus menerus dipandanginya. Sambil duduk di kursi empuk yang bisa berputar-putar, membelakangi 3 buah papan tulis besar yang penuh coretan tangannya, kliwon melihat jendela yang langsung menghadap jalan, "apa iya negeri teluk sudah mulai macet. Negeri teluk kan anti macet." Ucapnya dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline