Lihat ke Halaman Asli

Kesaksian Untuk Sang Panduta (#4)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ya, sekarang dimana Zubaidah berada?”

“Sudah dipulangkannya ke kampung, Yang Mulia! Tangan dan kakinya ini juga menjadi saksinya ketika dengan kasar Raja Panduta ini menyeret-nyeret tubuh Zubaidah yang sedang hamil, memasukkanya ke dalam mobil bernomor pemerintah, membawa pergi untuk dipulangkan ke kampung halamannya!”

“Hmn….. Jadi karena Zubaidah hamil olehnya??“ Ketua Majelis Mahkamah hanya bisa bergumam panjang. Belum selesai gumam itu, berbagai anggota tubuh Raja Panduta kembali bergetar, ingin melanjutkan kesaksiannya.

“Benar Yang Mulia!! Durjana ini telah menghamili Zubaidah! Dan untuk menutup malu dan menjaga martabatnya, ia kemudian membuang Zubaidah!!”

“Lalu?? Apa lagi kesaksian Saudara Terdakwa?!”

“Mata dan tangan ini juga menjadi saksi bagaimana uang bantuan dari pusat itu ia sembunyikan di rekeneng pribadinya. Ya, rekening pribadinya, Yang Mulia! Sebagian dimasukannya ke rekening istrinya. Tidak hanya itu, tangan ini pulalah yang mengetik untuk menambahkan ngka-angka manipulasi dalam laporan realisasi, begitu meyakinkan sampai-sampai pemerintah pusat mempercayai”

“Bagaimana Saudara Terdakwa bisa melakukannya secara rapi..?” Usut Ketua Majelis Mahkamah..

“Otak ini saksinya, Yang Mulia!! Ia bahkan sudah merencanakannya jauh sebelum terpilih menjadi penguasa. Pada saat berkampanye, orang ini menebar janji-janji kepada raktyat, mulut ini juga ikut menjadi saksi sejarah bagaimana ia membohongi rakyatnya, Yang Mulia!”

“Apalagi yang telah dilakukan oleh Raja Panduta? Apakah ada kebohongan lain yang dilakukan kepada rakyatnya?”

“Banyak sekali yang mulia! Semua anggota tubuhnya ini sebagai saksinya! Bagaimana dengan lihai otak ini memerintahkan untuk bergerak, melakukan berbagai muslihat, menilep dana-dana pembangunan yang seharusnya digunakan untuk mensejahetrakan rakyat. Tangan ini senantiasa diperintahkan untuk menulis angka-angka pengurang, atau memindahkannya kedalam pembukuan lain. Tangan ini pulalah yang menerima berbagai komisi dari proyek-proyek pembangunan dengan tender yang curang, setoran untuk membeli jabatan, bahkan hasil pat-pat gulipat dana bantuan kesehatan untuk masyarakat tidak mampu.”

“Lalu? Bagaimana dengan perjalanan Saudara Terdakwa ke tanah suci? Apa kesaksian kalian?” Ketua Majelis Mahkamah masih antusias dan tampak semakin penasaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline