Di Boulevard ini aku termangu-mangu menyaksikan keindahan kota. Taman yang tertata rapi, tempat sampah warna-warni memilah yang kering dan basah secara mekanik, demikian juga kendaraan terparkir persis seperti barisan tentara dalam parade senja.
Orang-orang yang lewat, lelaki, perempuan, tua, muda, yang jelek apa lagi yang cantik, memberikan senyuman yang ramah kepadaku, sembari berkata how was your sleep?!!
Aneh!! Ah, dimanakah aku ini? Ku telusuri blok demi blok kota, ku lewati sudut demi sudut bangunan dengan ornamen tua bergaya renaisanse, tidak satupun orang ku kenal.
“permisi tuan? Apakah anda tau saat ini aku berada dimana?” Ku beranikan diri bertanya pada lelaki paruh baya di sudut taman.
“kamu tidak berada dimana-mana, kamu berada di kota tanpa kasir”
“apa itu kota tanpa kasir?”
“nanti kamu akan tau sendiri”
“apakah tuan mau menjelaskannya kepadaku?”
“nanti kamu akan tau sendiri”
Begitulah alimat terakhir diucapkan lelaki paruh baya berwajah tirus itu sebelum akhirnya bayanganya lenyap berbaur dalam kerumunan orang-orang yang berlalu lalang..
Di sebuah kursi taman, ku temukan perempuan tambun dengan stelan blazer hitam nan rapi sedang asyik mengunyah burger ukuran jumbo. Perlahan aku mendekat, semakin tajam wangi aromanya tercium, entah kenapa aku tetap saja tidak tergoda menjadi lapar.
“permisi nyonya..?’