Baru baru ini siswa SMA khususnya kelas 12 sedang gencar-gencarnya sibuk memilih program studi lanjut, baik itu di perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan tinggi lainnya. Hal yang awam dirasakan oleh seorang siswa dalam menghadapi situasi ini adalah, kegalauan dalam memilih jurusan serta perguruan tinggi mana yang akan dipilihnya. Mungkin tidak semua merasakan hal tersebut karena tidak sedikit yang telah mantap memilih jurusan yang di pilihnya, tetapi saya yakin sebagian besar siswa masih bingung akan dibawa kearah mana potensi yang sebenarnya mereka sendiri belum tahu betul tentang keahlian yang ada dalam dirinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru BK pasti sudah tidak asing lagi menangani curhatan-curhatan siswa baik itu tentang siswa itu sendiri maupun tentang problem siswa dengan orang tua dalam memilih keputusan. Kebanyakan dari siswa bimbang antara menuruti keinginan orang tua atau tetap mempertahankan keinginan dari siswa tersebut.
Jika kita mau melihat dari aspek pendidikan sekolah, perkembangan siswa mulai dari nilai, sikap, dan keahlian spesifik adalah hal yang dipantau penuh oleh guru BK, namun bukan berarti orang tidak tau menau sama sekali tentang perkembangan anaknya, tapi yang dimaksud disini adalah guru BK lebih banyak melakukan pemantauan secara sistematis dalam menemukan bakat dan potensi diri peserta didik.
Namun ironisnya, tidak sedikit orang tua yang salah paham mengenai potensi yang dimiliki anaknya. Banyak siswa yang mengeluh akibat orang tua yang tiba-tiba memutuskan jurusan apa yang harus diambil oleh anaknya saat melanjutkan di perguruan tinggi nantinya. Tidak sedikit siswa yang kecewa karena pilihan orang tuanya tersebut tidak sesuai dengan keinginan dari siswa yang sebenarnya. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi? Dalam sebuah Jurnal Ilmiah tentang konselor yang ditulis oleh Fenty, Taufiq, dan Mudjiran menyatakan bahwa hambatan yang ditemui siswa dalam menentukan pilihan karir secara berurutan adalah
1) hubungan dengan kedua orang tua tidak begitu dekat sehingga keputusan yang ambil tidak disetujui mereka.
2) orang tua selalu mempengaruhi dalam menetukan pilihan karir dan cita-cita
3) seluruh angggota keluarga kurang mendukung mengenai keputusan pilihan karir
4) kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar sehingga hasil belajar yang sering diperoleh kurang memuaskan
5) kurangnya sarana dan prasarana yang miliki membuat ragu menentukan sekolah lanjutan yang diinginkan.
Kemudian jika sudah terjadi hal tersebut, apa yang harus dilakukan?
Guru BK dan semua personil sekolah lainnya hendaknya meningkatkan pelayanan dalam memberikan bantuan kepada siswa baik itu berupa informasi yang diperlukan oleh siswa maupun tes yang dapat mendukung demi kelancaran siswa untuk menentukan pilihan karier mereka. Di sini guru BK dapat memberikan pengertian terhadap orang tua yang memiliki pilihan yang berbeda dengan anaknya, karena bagaimanapun keputusan mengenai pilihan jurusan menyangkut kemampuan, bakat, dan minat haruslah tetap kembali pada diri masing-masing siswa. Guru BK juga memberikan trik kepada siswa untuk meyakinkan orang tua dalam menyetujui pilihan yang akan diambilnya. Jadi dengan kata lain hubungan antara Guru BK, siswa, dan orang tua sama-sama berperan penting dalam proses pemilihan karir (jurusan).
Yang perlu diingat adalah setiap orang tua pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah terjadi, tinggal dalam kasus ini bagaimana guru BK dapat memadukan tujuan orang tua dan keinginan anak dalam menggapai cita-cita yang diharapkan.