Lihat ke Halaman Asli

Dhika Taeteti

Penulis dan Traveller

Menikmati Surga Kota Perbatasan, Fulan Fehan

Diperbarui: 18 Maret 2021   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

©Dokumen Pribadi

Menghindar dari hiruk pikuk kota, banyak orang ingin mencari ketenangan yang indah untuk sekedar mengisi kembali energi dari kesibukan. Nah, pembaca sekalian kalau mengisi hari liburan, biasanya ke mana nih?? Banyak yang menjadikan puncak pegunungan menjadi salah satu destinasi wisata utama yang dikunjungi di hari libur, seperti misalnya yang terkenal Puncak Bogor, ataupun kedaerah wisata Gunug Kidul, Yogyakarta. Di daerah NTT sendiri banyak loh pembaca, lokasi wisata yang berada di daerah pegunungan.

PERJALANAN MENUJU DAERAH WISATA

Berkendara kurang lebih 8 jam dari Kota Kupang, menuju kota Atambua, Kota perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, terdapat salah satu destinasi Wisata yang sangat terkenal yaitu Fulan Fehan. Dari pusat kota Atambua menuju Fulan Fehan membutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.

Saya dan keluarga memulai perjalanan sekitar pukul 10.00 WITA dari rumah menggunakan mobil. Sebelum memulai perjalanan kami sudah menyiapkan segala keperluan seperti, air minum, makanan ringan, dan mengisi bensin. Perjalanan dimulai sejak pagi, agar setibanya kami di puncak Fulan Fehan, matahari tepat di atas kepala dan kita dapat melihat pemandangan Fulan Fehan saat cerah. Hal ini dikarenakan katanya setelah jam 13.00 WITA, Fulan Fehan akan mulai tertutup kabut yang tebal dan udaranya menjadi sangat dingin. Kami tiba di puncak Fulan Fehan sekitar pukul 11.00 WITA.

Selama dalam perjalanan, kita akan disuguhkan indahnya wilayah Atambua bagian timur yang dipenuhi persawahan dan bukit-bukit kecil. Untuk menuju ke sana, wisatawan harus melewati beberapa jembatan yang melewati Sungai Kali Talau, sungai terbesar yang mengelilingi kabupaten Belu. Hal uniknya, banyak daerah disekitaran Fulan Fehan yang dinamakan dengan awalan kata WE dalam bahasa daerah yang berarti Air, seperti Wedomu dan Weluli. Oleh karena itu, identik dengan daerah Atambua Timur yang kaya akan mata airnya.

Untuk sampai di puncak Fulan Fehan, wisatawan dapat melalui dua jalur yaitu Desa Dirun atau Desa Maudemu. Desa Dirun adalah jalur pertama atau disebut jalur lama menuju Fulan Fehan. Jalanan yang dilalui cukup baik, tidak banyak bagian berlobangnya, hanya saja untuk tiba di puncak kita harus mendaki sangat tinggi. Sering kendaraan tidak dapat naik, saking tingginya pendakian yang harus ditempuh, sehingga banyak dari antara pengunjung menyimpan mobilnya di bawah atau di Desa Dirun kemudian berjalan kaki untuk mendaki. Sementara jalur baru mengikuti Desa Maudemu, lebih mudah untuk dilalui karena jalur jalan rayanya langsung tiba di Puncak Fulan Fehan dengan trek yang cukup rata.

Selain itu jalanan berkelok-kelok menuju puncak Fulan Fehan dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan menjulang tinggi. Pohon-pohon ini diperkirakan sudah tumbuh ratusan tahun, seperti pohon jati kayu putih dengan bentuk cabang-cabangnya yang menarik dan sangat banyak jumlahnya. Kemudian terdapat juga pohon pinus yang tumbuh berjajar rapi dengan alami begitu saja. Sunggu kebesaran Sang pencipta alam semesta.

Setibanya di puncak, terdapat Rest Area dan beberapa pondok yang masih dalam tahap pembangunan. Kita juga disediakan beberapa spot foto yang sengaja dibuatkan, seperti teras, dan gerbang masuk Fulan Fehan. Tersedia juga beberapa penjual yang menjajakan makanan bagi mereka yang lapar maupun sekedar ingin menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi panas. Eitss, tenang saja walaupun sudah tersedia beberapa spot buatan, dan penjual, keasrian dan kelestarian serta keindahan Fulan Fehan yang alami tidak tertandingi.

Dokpri

Dokpri

Dokpri

FULAN FEHAN

Fulan fehan berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu. Fulan Fehan adalah hamparan padang sabana yang cukup luas, yang menjadi icon pariwisata dari tempat ini. Fulan Fehan sendiri dinamakan dari bahasa daerah tetun yang artinya Bulan Yang Rata. Nah, pembaca kenapa sih kira-kira Fulan Fehan itu bisa terkenal? Pernahkah pembaca melihat rumah Hobbit ataukah rumah telletubbies? Padang Fulan Fehan memiliki nuansa seperti itu, hamparan hijau dengan sedikit tanjakan bukit yang tak dilihat ujungnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline