Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki penduduk sekitar 276,4 juta jiwa (2021). Banyaknya jumlah penduduk tersebut tak terlepas dari permasalahan yang terkait dengan lingkungan sekitar, salah satunya merupakan permasalahan sampah. Dalam laman databoks pada 2022 disebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam salah satu negara penyumbang limbah plastik ke laut terbanyak di dunia, yakni berada pada peringkat kelima dengan kontribusi sampah plastik di laut Indonesia yang mencapai 56 ribu ton pada tahun 2021. Tentunya hal ini cukup memprihatinkan mengingat bahwa masalah sampah ini dapat membawa dampak buruk pada kesehatan manusia.
Penumpukan sampah terlihat jelas ketika saya mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Batu Tiga, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di kawasan Pulau Boleng ini banyak ditemukan sampah yang berserekan, baik di sekitar rumah, di jalanan, bahkan area pinggir pantai. Ketika saya dan teman-teman delegasi perhatikan lebih lanjut ternyata hal ini terjadi karena di sekitar lingkungan tersebut tidak terdapat banyak tempat sampah, selain itu ketika kami tanya beberapa masyarakat di sana juga sudah terbiasa membuang sampah sembarangan sejak dini, bahkan mereka tidak segan untuk membuang sampah di laut. Bisa dikatakan bahwa kesadaran masyarakat terkait sampah masih cukup rendah. Hal ini, yang kemudian membuat banyaknya penumpukan sampah di seluruh wilayah Pulau Boleng.
Melihat hal tersebut, teman-teman delegasi yang tergabung dalam divisi lingkungan memikirkan berbagai macam solusi untuk meningkatkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya kepada masyarakat Pulau Boleng. Salah satunya yakni melalui kegiatan sosialisasi yang ditujukan kepada pemuda-pemudi di Pulau Boleng. Sosialisasi tersebut berisikan mengenai cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah, terutama sampah plastik. Selain itu, delegasi dari divisi lingkungan juga membuat tempat sampah yang berasal dari sampah botol plastik. Tentunnya hal tersebut cukup bermanfaat bagi masyarakat Pulau Boleng, karena seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa di area sekitar sangat jarang ditemukan tempat sampah. Dan hal tersebut juga menambah pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan sampah yang bisa di daur ulang.
Disisi lain program kerja dari divisi lingkungan yang cukup berkesan yaitu program bersih-bersih yang dilakukan setiap sore di area lingkungan sekitar, mulai dari jalanan sekitar rumah warga, lapangan, sampai pinggir pantai. Kegiatan yang dilakukan yakni memungut sampah dan memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Saat proker berlangsung saya mengamati bahwa adanya antusias dari anak-anak yang selalu membantu memungut sampah dan bahkan tak jarang mereka bertanya terkait sampah-sampah tersebut termasuk dalam jenis sampah apa. Selain itu, tak lupa para delegasi memberi pesan kepada anak-anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Setelah mendengar pesan tersebut, kebanyakan dari mereka mulai menerapkan pesan yang telah kami berikan. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu bentuk progress dalam mengurangi penumpukan sampah, terutama pembuangan limbah plastik di laut.
Dari pengalaman tersebut, saya dapat menyimpulkan dengan menggunakan teori ekologi budaya bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terkait membuang sampah pada tempatnya ini bisa disebabkan karena kurangnya edukasi sejak dini mengenai sampah dan dampaknya terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Selain itu, para orang tua dan pemuda-pemudi di sana juga cukup acuh terhadap kondisi kebersihan lingkungan sekitar, sehingga mereka tumbuh dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan.
nadhifah-2021@fisip.unair.ac.id
Referensi
Mutia, A. (2022). 10 Negara Penyumbang Sampah Plastik ke Laut, RI Peringkat Berapa?. Diakses pada 28 November 2022, 12:34. Pada link https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/12/10-negara-penyumbang-sampah-plastik-terbanyak-ke-laut-ri-peringkat-berapa#:~:text=Berdasarkan%20laporan%20tahun%202021%2C%20lima,%2C%20Indonesia%2C%20dan%20orang%20Filipina.&text=Sementara%20Filipina%20merupakan%20negara%20penyumbah,350%20ribu%20ton%20pada%202021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H