Lihat ke Halaman Asli

Diauddin

Seorang Dokter Praktisi Kesehatan sekaligus juga Pejabat Publik di Pemerintahan Daerah

Sudahkah Kita Merdeka?

Diperbarui: 13 Agustus 2021   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak terasa sudah 76 tahun sudah  Indonesia "Merdeka". Sebuah kata sakral yang penuh arti. Sebuah kata yang untuk mendapatkannya membutuhkan perjuangan yang sangat berat, berkorban tenaga, harta bahkan jiwa. 

Banyak cerita dalam sejarah Bangsa Indonesia tentang pengorbanan para pejuang kita, yang mengorbankan segala yang dimilikinya untuk mencapai sebuah kemerdekaan. Teuku Umar dan Cut Nya' Din di Aceh, Pangeran Dipenogoro, Pattimura dan tak lupa Pangeran Antasari di Kalimantan Selatan serta banyak nama pejuang kemerdekaan lainnya.

Pahlawan-pahlawan tersebut bisa berjuang menggapai kemerdekaan karena pada dasarnya mereka sudah merdeka secara hakiki, jauh sebelum proklamasi di ucapkan. 

Mereka merdeka karena tubuh dan pikiran mereka bebas, tak mau dipengaruhi oleh kekuasaan (penjajah maupun pihak kerajaan antek penjajah pada waktu itu), tak terpengaruh tekanan materi, mereka rela melepaskan kenyamanan duniawi yang mereka punya sebagai seorang tokoh masyarakat dan memilih untuk berjuang bersama rakyat. 

Mereka tak terpengaruh tekanan psikologis diri, keperluan untuk hidup tenang bersama keluarga, namun memilih untuk bergerilya. Mereka hanya mengikuti kata hati dan tuntunan agama mereka bahwa mati lebih mulia dibandingkan hidup terhina menjadi budak penjajah.

Merdeka tidak hanya bahwa negara kita tidak lagi dijajah. Merdeka bukan tubuh kita tak terpenjara, tetapi merdeka yang hakiki adalah apabila kita sebagai manusia bebas berkreasi, bebas mengeluarkan pendapat, bebas berbuat apapun sesuai hati nurani tanpa ada tekanan, tanpa ada ketakutan terhadap siapa atau apapun baik secara fisik maupun mental. 

Merdeka artinya tak ada yang mampu menghalangi dan ditakutinya kecuali Tuhan semata. Dalam Islam terkenal dengan keagungan ajaran Tauhid Lailahaillallah (Tiada Tuhan Selain Allah).

Merdeka secara hakiki inilah yang membuat tokoh-tokoh seperti Buya Hamka, Nelson Mandela,  dll, semakin bertambah wibawanya bahkan bisa menghasilkan karya-karya besar walaupun secara fisik mereka terpenjara. Merdeka secara hakiki ini pulalah yang membuat seorang Bilal sahabat Rasulullah tetap berkata Esa, Esa, Esa, walaupun secara fisik dia seorang budak dan ditekan dengan tekanan kekuasaan dan ancaman siksaan.

Sekali lagi, jelaslah sudah bahwa merdeka bukan hanya berarti negara kita sudah tidak di jajah lagi, atau tubuh bebas tak terkungkung didalam penjara. Karena para pahlawan dan tokoh-tokoh disebutkan diatas membuktikan, bahwa mereka lebih merdeka dibandingkan kebanyakan orang di zaman sekarang, walaupun mereka hidup di zaman penjajahan atau pernah hidup dalam kungkungan penjara.

Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita merdeka secara hakiki, sudahkah mayoritas bangsa kita merdeka dalam artian sesungguhnya?

Kita lihat sekarang, sadar atau tidak sadar kita bergerak dan bertindak dalam tekanan yang amat dahsyat, kita hidup di jaman yang sangat materialistis, kemerdekaan kita tergadai untuk mengejar harta, kekuasaan dan mengikuti arus yang dibentuk oleh kapitalis. Akibatnya kita sering berbuat sesuatu yang bertentangan dengan akal dan hati nurani kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline