Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Indonesia Ternyata Tidak Perawan; 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Masih ingat dengan tulisan saya di blog www.dhienarsalam.wordpress.com (dengan menggunakan bahasa Inggris yang ancur, maksudnya supaya dibaca juga sama orang India-nya gitu hehe) yang berjudul The Origin of Words: Between Malayalam and Bahasa Indonesia? Di sana saya cukup mempertanyakan kenapa bahasa Indonesia dengan Malayalam bisa nyaris sama. Nah, hari ini saya iseng-iseng lihat rak buku di kamar untuk ngecekin koleksi buku, eh.. jadi inget kalau saya punya buku berjudul "9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing". Itu sih bener-bener udah lebih dari 50%, jadi nggak heran lagi kalau banyak kata yang sama dengan bahasa asing. Nggak percaya? Mau bukti? Yuk, mari main tebak-tebakan! :) Simak paragraf-paragraf di bawah ini, lalu kalian tebak asal kata dan bahasanya.

Meski hari gerimis, setelah sembahyang lohor, para santri mengayuh roda sepedanya ke pasar, disuruh paderi membeli koran dan majalah, tetapi ternyata kiosnya disegel, sebab bangkrut, jadi mampirlah semuanya di toko buku yang uniknya malah menyediakan perabotan khusus keluarga yang ditaburkan di meja baca, antara lain teko porselen, peniti emas, lap, setrika listrik, serta kalender berfoto artis idola.

Sudah menebak? Mari simak satu per satu kata-kata dalam paragraf tersebut. Meski (Portugis: masque), hari (Sanskerta: gelar dewa pengatur surya), setelah (Kawi: telas), sembahyang (Sanskerta: sembah Hyang), lohor (Arab: dzuhur), para (Kawi: para), santri (Tamil: santri), mengayuh (Minangkabau: kayuh), roda (Portugis: roda), sepeda (Prancis: velocipede), pasar (Persia: bazar), disuruh (Kawi: suruh),paderi (Spanyol: padre), membeli (Campa: blei), koran (Belanda: krant), majalla (Arab: majalla), kiosnya (Inggris: kiosk), disegel (Belanda: zegel), sebab (Arab: sababun), bangkrut (Italia: bancarotto), jadi (Sanskerta: jati), mampirlah (Jawa: mampir), semuanya (Sanskerta: samuha), toko (Tionghoa: to-ko), buku (Belanda (boek), yang (Austronesia: ia + ng), uniknya (Prancis: unique), malah (Jawa: malah), menyediakan (Sanskerta: sedhya), perabotan (Betawi: perabot), khusus (Arab: khusus), keluarga (Sanskerta: kula warga), ditaburkan (Ibrani: tabbwur), meja (Portugis: meza), baca (Sanskerta: waca), antara (Sanskerta: antara), lain (Kawi: liyan), teko (Tionghoa: te-ko), porselen (Inggris: porcelain), peniti (Portugis: alfinete), emas (Sanskerta: amasha), lap (Belanda: lap), setrika (Belanda: strijkezer), listrik (Belanda: elektrisch), serta (Sanskerta: saratha), kalender (Belanda: kalender), berfoto (Yunani: photos), artis (Inggris: artist), idola (Yunani: eidolon). Jadi, apa yang pertama muncul di pikiran kalian setelah baca penjabarannya? Kalau saya langsung kepikiran: "Gileee, bahasa Indonesia bener-bener bukan perawan ting-ting ternyata!" :) Banyak banget contoh lainnya, tapi kebanyakan kalau saya ketik semua hehe. Di buku ini juga ditulis bagaimana orang Indonesia keranjingan memakai bahasa Inggris jadi kata bahasa Indonesia dan jadi santapan sehari-hari. Menurut penulis buku ini, kenyataan bahwa kegatalan beringgris-ria bukan melulu masalah bahasa Indonesia. Ternyata bahasa Arab dan Jepang juga sulit membendung 'serangan' ini. Bedanya, di Arab dan Jepang, bahasa Inggris dibakukan jadi lafal mereka, sedangkan di sini diambil mentah-mentah. Contohnya, dalam bahasa Arab, blue jeans jadi bujin, bicycle jadi bisklit, cake jadi kik, folklore jadi fulkruriyah, beef steak jadi buftik (semuanya tentu dalam huruf hijaiyah). Kalau di Jepang, contohnya manager jadi maneja-san, fruit juice jadi furutsujusu, coffe ice cream jadi aisukurimukohi, concert hall jadi konsatoharu (semuanya tentu dalam katakana). Tebakan lagi: McDonald dalam bahasa Jepang jadi apa hayooo? Cari sendiri ya jawabannya. Mengenai nama-nama kota atau tempat di Indonesia yang asalnya dari bahasa asing, pasti kita udah sering denger. Contohnya Sampur di Tanjung Priuk, berasal dari kata bahasa Belanda zandvoort, harafiahnya 'terus pasir;, maksudnya 'pantai pasir yang memanjang'. Lalu, di sekitar Menteng, ada Boplo. Kata ini berasal dari nama sebuah grup pekerja bangunan yang mendirikan gedungnya sebagai Bouwploeg, artinya kelompok membangun' (kini gedung Boplo dijadikan Masjid Cut Meutia). Tebakan lagi, dijamin gampang: kalau Betawi dari kata apa? Bogor? :) Ada cerita lucu nih, didongengkan bahwa bahasa Jawa gedang berasal dari bahasa Belanda.

Ceritanya sepasukan tentara Belanda terpisah dari induknya dalam peperangan yang berlangsung di Jawa Tengah 1825-30. Berhari-hari mereka tidak makan. Melintasi suatu lembah, akhirnya mereka tiba di sebuah perkebunan pisang. Saking girangnya mendapat makanan, mereka mengucap syukur dalam bahasa Belanda, "God dank!" artinya 'terimakasih Tuhan'. Orang Jawa mengucapkannya jadi gedang, artinya 'pisang'. Repotnya, dalam bahasa Bali dan Sunda, gedang itu pepaya. Mudah-mudahan saja orang Bali dan Sunda tidak membuat versi lain tentang tentara Belanda yang mengucapkan "God dank" demi pepaya. [caption id="attachment_348" align="aligncenter" width="500" caption="Sampul depan buku "] [/caption]

Kalau kalian baca buku ini secara keseluruhan, saya jamin pasti bakalan ketawa karena lucu, bingung, mikir, dan juga sampai bilang ''Oh, begitu..'' :) Buku ini nggak di tulis dalam daftar kata, tapi dalam paragraf sambung menyambung. Ada cerita asal usulnya juga. Justru serunya buku ini ya disitu. Komplit deh! Buku ini menurut saya adalah must have item bagi pecinta sastra dan anak jurusan sastra bahasa Indonesia hehee.. Penulisnya adalah Alif Danya Munsyi (yang tertera di sampul buku). Bagi saya sih, namanya asing tapi ternyata itu nama alias dari Remy Sylado alias Dova Zila dll (saking banyaknya jadi ga tau deh siapa lagi). Nama asli beliau Yapi Tambayong. Tau siapa? Saya sih begitu denger nama Remy Sylado langsung inget Ca Bau Kan. Ca Bau Kan adalah novel beliau yang kemudian dijadikan film (atau seriat tv ya?) dan diperankan oleh Ferry Salim (inget ga?). Yang pasti, menurut saya buku ini adalah jenius dari beliau. Mantap, bisa menyarikan dan merangkum segitu banyaknya kata dan sejarahnya. Saya beli buku ini sewaktu kelas 1 SMP (atau kelas 2 atau 3, lupa). Bagi teman-teman saya dulu,  saya cukup aneh untuk beli buku ini. Kata mereka terlalu berat buat anak SMP. Ya gimana lagi, bagus kok. Buku yang saya beli adalah cetaka pertama, bulan Oktober 2003 dan penerbitnya Gramedia. Bagi yang penasaran sila hubungi Gramedia, siapa tau dicetak ulang. MORAL DARI MEMBACA BUKU INI: Tulislah dalam dalam curriculum vitae (CV) kamu bahwa kalian sangat menguasai berbagai macam bahasa :P Salam hangat, Dhienar Meidawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline