Lihat ke Halaman Asli

Dhia Imara

Manusia biasa yang segalanya masih belajar

Mimpi yang Dibutuhkan, Bukan Diinginkan

Diperbarui: 28 November 2020   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: getwallpapers.com

Mataku terpejam seketika. Pikiranku melebur dalam ketenangan yang realitanya penuh dengan distraksi. Klausa pendek bersliweran di sepanjang sudut otak,

"Ah lama-lama aku bisa stres atau bahkan gila."

Berpijak dalam keputusan yang selalu membuatku terperanjak, adalah kenikmatan yang hakiki dan tiada tara. Sebab, semuanya muncul dalam keheningan yang sontak.

Menggebrak, menggertak, memporak-porandakan ide adalah bukti bahwa kita manusia yang keras akan mimpi.

Mimpi yang kita rangkai tanpa sepeser pun mengeluarkan uang. Tak jarang membuat kita lupa akan batas.

Memiliki mimpi entah dalam kuantitas kecil atau pun besar, adalah hal yang mesti kita perhatikan secara lebih. Mengetahui rencana, cara, dan juga eksekusi yang pas merupakan poin penting dalam proses memperjuangkan mimpi.

Perjalanan kita akan salah arah, jika tidak memiliki peta perencanaan. Perjuangan kita akan sia-sia, jika i'tikad yang kita punya adalah i'tikad penuh dengan keegoisan.

Kesempatan kita untuk bermimpi hendaknya dipergunakan dengan semaksimal mungkin. Memiliki nilai kesinambungan lebih dalam hidup, agar mimpi tersebut mampu memberikan kemaslahatan lebih bagi banyak orang.

Tercapainya mimpi bukan dilihat dari seberapa besar mimpi yang kau punya. Namun, seberapa besar usaha yang kau lakukan.

Tetaplah konsisten menjaga keteguhan iman dan hati. Insya Allah, Allah akan selalu permudah diri kita tuk menggapai mimpi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Sebab, apa-apa yang bermakna ingin hanyalah timbul dari nafsu belaka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline