Lihat ke Halaman Asli

Pencitraan Atau Branding Sih?

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403614919587254546

[caption id="attachment_312604" align="aligncenter" width="336" caption="gambar:the-marketeers.com"][/caption]

Kata pencitraan sepertinya semakin akrab di telinga kita. Apalagi dalam ajang pilpres ini karena sering dikaitkan dengan salah satu kandidat. Apa yang disebut pencitraan, masyarakat atau pengamat menganggap sebagai tindakan untuk menarik simpati dan membangun persepsi positif orang lain terhadap diri orang tersebut. Dengan kata lain, pencitraan yang dibicarakan adalah hal yang dibuat-buat bukan berdasarkan keinginan sendiri.

Saya, sebagai orang awam sebenarnya sulit untuk menentukan apakah yang dilakukan orang lain terutama penyelenggara Negara (baca pejabat) termasuk dibuat-buat untuk sekedar mencari sensasi , atau memang benar apa adanya bekerja untuk rakyat.

Baik pencitraan ataupun personal branding (PB) sebenarnya bukan hanya berbicara tentang pejabat, orang terkenal ataupun bisnis (perusahaan). Kita secara personal juga sangat mungkin memunculkan kedua hal tersebut. Persepsi orang lain terhadap diri kita tercermin dalam keseharian baik di kantor, rumah, dan masyarakat. Persepsinya pun bisa positif atau negative, tergantung pembentukan karakter kita. Mereka yang intensitas waktu bertemunya lebih banyak dengan kita mungkin akan dengan mudah menjawab apakah itu pencitraan atau PB. Tapi, intensitas yang sedikit atau sekedar melihat kita dari jarak jauh atau melalui penilaian orang lain akan lebih sulit untuk menentukan. Jadi, tuduhan yang terlalu cepat apakah tindakan itu termasuk pencitraan atau PB boleh disimpulkan dalam rentang waktu yang tidak sebentar. Kuatir, jangan-jangan kita sendiri juga melakukan pencitraan.

Menurut Indari Mastuti, founder Indscript Personal Branding Agency pertama, “pencitraan kerapkali menutupi kekurangan atau melebih-lebihkan apa yang dimiliki seseorang. Sedangkan PB adalah proses memunculkan seseorang dari keunikan yang dia miliki.” Bersama dengan Wempy Dyocta Kota, pada tahun 2013 Indari menyadari pentingnya menguatkan personal branding perusahaan atau perorangan. Penguatan bisa dilakukan lewat promosi atau bahkan lewat tulisan.

Tapi, kabar baik bagi kita yang menyadari sedikit - banyak melakukan pencitraan. Ini bisa kita jadikan awal pembentukan personal branding, tentunya yang positif. Bila kita yang selama ini berpura-pura perhatian, optimis, anti korupsi dan jujur pasti memiliki beban untuk mempertahankan sikap tersebut dan harus bisa mempertanggungjawabkannya. Yang awalnya boomerang berubah menjadi rutinitas lalu terbentuklah karakter yang kuat.

Namun, pencitraan bukanlah hal yang patut diteruskan, karena ini dekat sekali dengan membohongi diri sendiri. Orang yang biasanya melakukan pencitraan pasti melakukannya dengan kaku dan bersifat sementara. Sebaliknya, personal branding erat sekali hubungannya dengan sikap, karakter, visi dan tindakan nyata yang memang benar adanya. Tidak lebay!

Sekarang, pilihan diserahkan kepada kita. Pencitraan atau personal brandingkah yang ingin dibentuk. Tidak lupa juga untuk lebih bijak menjatuhkan vonis antara dua hal tersebut. Karena keduanya memang selalu muncul baik disengaja ataupun tidak. Mengecek dan bertanya pada diri kita sendiri dan berusaha untuk mengenal orang lain lebih jauh mungkin cara yang paling efektif untuk mengenali pencitraan atau personal branding sih? (ds)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline