Menulis adalah caraku mengungkapkan cinta, selain menunggu dan mendoakan dengan ikhlas. Aku memang bukan penyair yang baik, aku bukan pengungkap cinta yang romantis, tapi aku adalah aku yang mencintaimu dengan tulus.
Aku adalah bagian dari waktu
Tempatku di masa lalu, menyimpan kisah pilu
Kau bilang aku ini cerita usang
Tapi mengapa aku di benakmu tak pernah hilang
Aku adalah saksi dua orang sejoli yang pernah mengisi waktu bersama
Saling tulus menyayangi dan mendoakan, aku adalah apa yang kalian ciptakan
Katakanlah itu sebuah momen indah, kalian rangkum dengan indah dalam benak
Janji-janji, mimpi-mimpi, semua yang kalian ingat, kini rusak
Karena waktu sebegitu kejamnya
Membuka topeng setiap manusia
Memperlihatkan dengan jelasnya
Semua kebohongan yang tersimpan dengan manis
Aku yang kalian banggakan
Kini menjadi apa yang ingin kalian hilangkan
Tapi bagaimana caranya kau lari
Sementara aku adalah bagian dari memori
Namaku adalah kenangan
Sebuah puisi bebas, teruntuk setiap kenangan yang kerap menghiasi pikiranku. Aku memang berusaha memusuhinya, menghilangkannya lalu lari sejauh mungkin. Tapi aku sadar kenangan adalah bagian dari diriku sendiri, sesuatu yang melekat dalam memori. Biarlah kenangan menusukku setiap saat, aku hanya perlu mengikhlaskan. Terima kasih terutama untuk kamu yang telah menjadi bagian dari kenanganku, semoga kita bisa berdamai dengan hal-hal indah maupun sedih yang pernah kita lalui.
Jangan lari. Hadapi.
Depok, 25 September 2014
Di tengah malam, dari hati yang mencoba mengikhlaskan kepergianmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H