Saya mulai mengenal jual beli Forex - Foreign Exchange atau yang lebih dikenal sebagai Valas - Valuta Asing sejak pertengahan tahun 90an. Waktu itu, saya bekerja di sebuah hotel berbintang 4 di kawasan Bekasi yang memungkinkan saya terkadang memperoleh uang tip dari para tamu yang kami layani.
Biasanya uang tip itu saya kumpulkan, kemudian saya tukarkan dengan rupiah di money changer terdekat. Tidak banyak memang rupiah yang saya dapatkan, tapi buat pegawai kontrak dan anak kost seperti saya saat itu lumayan membantu untuk membeli ini dan itu.
Setiap kali menukarkan uang tip yang saya peroleh dengan rupiah, saya selalu memperhatikan board yang terletak di dekat meja resepsionis money changer yang berisi informasi berapa banyak rupiah yang akan saya dapatkan dengan menukarkan uang asing yang saya miliki. Dan setiap kali saya datang ke sana nilainya selalu berubah-ubah. Terkadang saya bisa memperoleh rupiah lebih banyak dari saat terakhir penukaran atau malah lebih sedikit, padahal Valas yang saya tukar jumlahnya ya segitu-segitu saja.
Sejak saat itu, sebelum melakukan penukaran saya selalu memperhatikan kurs yang ada di board. Kalau angkanya lebih besar dari saat terakhir saya datang langsung saya tukarkan, kalau tidak. Mata uang asing itu saya simpan dulu.
Masalahnya tiap pecahan mata uang itu memiliki nilai yang berbeda walaupun angka yang tertera sama persis. Tergantung kondisinya : masih mulus, sudah lecek, ada bekas lipatan, dekil dan sebagainya.
Yang kayak begini ini yang cukup merepotkan. Saya harus pasrah dengan nilai yang ditentukan oleh money changer kalau kondisinya tidak lagi mulus seperti habis disetrika.
Untuk mengantisipasi kerugian, saya tukarkan saja pecahan-pecahan kecil Valas yang saya miliki dengan pecahan yang lebih besar dengan kondisi yang mulus lusss, lalu saya simpan, menunggu kurs berubah lebih baik dan lebih menguntungkan.
Dan kalau sudah begitu, saya tinggal pilih mau saya tukar di money changer atau di bank-bank sekitarnya. Tinggal dicek, mana yang kursnya lebih cihuy.
Saat memperoleh promosi dan tidak lagi bersentuhan dengan uang tip, saya tetap rajin mengintipi board kurs yang ada di bank-bank dan money changer dekat kantor. Kalau kursnya rendah dan saya punya cukup uang, saya akan membeli beberapa lembar Valas pecahan besar dan menyimpannya untuk saya tukar waktu kurs tukarnya membaik.
Merepotkan, ribet dan perlu banyak waktu dan tenaga ya?
Tapi percaya deh, saya berhasil mengumpulkan dana untuk nyicil rumah pada usia 24 tahun dengan kegiatan yang akhirnya saya kenali sebagai forex trading ini.