Lihat ke Halaman Asli

Secercah Harapan

Diperbarui: 5 Februari 2023   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Embun pagi masih melekat dikaca jendela kamarku yang telah usang dimakan waktu, ku buka korden coklat dengan gambar bunga-bunga hadiah ulang tahun dari ibu. Waktu ini begitu dingin menusuk kedalam kalbu. Angin semriwing-semriwing dipagi hari. Mengajakku untuk bergegas ke sekolah.
"dhev sarapan nduk" suara ibu memanggilku untuk sarapan.
"nggih buk" jawab ku sembari bergegas menuju dapur, setelah sarapan jam menunjukkan pukul 06.30 WIB aku berpamitan dengan bapak dan ibu.
"pak, bu dhevani berangkat sekolah dulu assalamu'alaikum" kataku sembari mencium tangan bapak dan ibu.
Namaku Dhevani Nur Awwaliyah biasa dipanggil Dhevani anak pertama dari dua bersaudara. Ayahku bernama Lilik Edy Susanto yang berprofesi sebagai tukang kayu yang upahnya cukup untuk keperluan sehari-hari sedangkan ibuku Lusi Mulyaningsih yang hanya seorang ibu rumah tangga dan adikku Naely Uyunnisa Amalia kelas 6 SD dan sekarang aku duduk di kelas 12 SMA Negeri 1 Bangsri.
Aku bergegas ke sekolah setiap hari dengan sepeda motor kesayanganku yang ditemani dengan lalu lalang kendaraan hingga menuju sekolah sekitar 7 km dari rumahku. Kini semua itu telah sirna, langit yang dahulu cerah kian berubah gelap gulita oleh virus yang sangat mematikan yakni Corona Virus Disease (Covid-19). Virus yang menjadi momok perbincangan di dunia, virus yang sangat menakutkan, virus yang membuat semua orang di dunia harus membatasi aktivitas dalam segala hal, virus yang mengharuskan tenaga kesehatan menjadi garda terdepan, virus yang menghancurkan perekonomian di dunia dan bahkan memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Aku hanya ingin semua kembali seperti semula. Aku hanya ingin kembali bertemu teman-teman untuk bercengkrama bersama tanpa harus jaga jarak, tanpa harus memakai masker dan tanpa memakai handsanitizer setelah bersalaman. Tuhan aku ingin kembali ke suatu masa, masa dimana kehidupan dunia penuh dengan ketenangan tanpa adanya rasa takut. Tuhan aku ingin kembali ke suatu masa, masa dimana sekolah adalah hal yang menyenangkan bukan menakutkan. Tuhan aku ingin kembali ke suatu masa, masa dimana pergi ke tempat ramai adalah hal yang biasa dilakukan orang-orang tanpa harus jaga jarak. Tuhan aku hanya bisa berharap kehidupan dunia pulih kembali seperti sediakala. Aku hanya punya secercah harapan untuk dunia ini semoga pandemi cepat berlalu dan semoga keadaan dunia yang telah dihantam oleh hal yang sangat menakutkan cepat membaik.

*Stay save and healthy*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline