Lihat ke Halaman Asli

dhesy dwi

mahasiswa

Polemik Kurikulum Merdeka dengan Penyesuaian Capaian Pembelajaran

Diperbarui: 2 Juli 2024   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Nadiem Makarim telah mengeksekusi inisiatif terkait kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum Merdeka Belajar dicanangkan sebagai pembelajaran yang fleksibel dan sesuai kebutuhan potensi siswa. Secara alamiah siswa memiliki kecerdasan di dalam diri siswa. Seperti statement dari Albert Einstein mengenai semua orang itu genius, hanya kepintaranya berbeda-beda. Adanya Kurikulum Merdeka Belajar tersebut diharapkan sebagai fasilitator pembelajaran untuk siswa yang memiliki potensi anak yang berbeda-beda.

Kurikulum Merdeka Belajar yang menawarkan pembelajaran yang moderat nyatanya memiliki problematika dalam pelaksanaanya. Hindun Dwi Indriani, Kepala Sekolah SDN Langgeng sekaligus Guru Penggerak Kabupaten Temanggung menyampaikan problematika pendidikan dalam kesempatan Beliau sebagai Dosen Tamu di INISNU TEMANGGUNG. Pemahaman dan kesiapan guru dalam pelaksanaan Kurikulum terbaru ini sangat minim. Pelatihan guru harus ditingkatkan di seluruh wilayah hingga fasilitas juga harus sebanding dengan tujuan pendidikan agar Kurikulum Merdeka Belajar dilaksanakan secara optimal dan berhasil.

Selain itu, Kurikulum Merdeka Belajar dalam lingkup pendidikan agama islam memiliki polemik sendiri yang membuat para guru dan tendik geleng-geleng dengan keputusan Kemendikbudristek. 

Faktor utamanya disebabkan Capaian Pembelajaran (CP) yang mengalami penyesuaian hingga perubahan besar-besaran. Tercatat hingga Juni 2024, Capaian Pembelajaran PAI sudah diubah sebanyak delapan kali. 

Perubahan yang dilakukan bulan juni merupakan perubahan yang sangat besar. Salinan dari keputusan Kemendikbudristek menyampaikan bahwa Capaian Pembelajaran PAI jenjang anak usia dini, pemdidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah telah disesuaikan kembali. Secara tidak langsung, tahun ajaran 2024/2025 capaian pembelajaran PAI diubah lagi dan lagi. 

Penyesuaian memang diperlukan dalam sebuah sistem, akan tetapi ketimpangan antara keputusan dan pelaksanaan membuat para guru dan tendik tidak lagi menyalurkan ilmu dengan tanpa tanda jasa. karena banyaknya tekanan yang terjadi dalam lingkup pendidikan saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline